BACA JUGA:Jadi Prodi Baru di Untag, Teknik Robotika dan Kecerdasan Buatan Difokuskan pada Penerapan AI
Tong, kain basah, APAR, dan minyak gas telah dipersiapkan. Minyak gas membantu untuk menyalakan api. Di siang yang cukup terik itu, mahasiswa antusias mengikuti petunjuk dari Harto.
“Kalau di rumah boleh pakai handuk, sarung, sprei yang sudah dibasahi. Kaki posisi kuda-kuda. Jangan lupa lihat arah angin. Jangan terlalu lama berdiri di area yang terbakar karena sewaktu-waktu api bisa berubah mengarah ke kita,” kata Harto memberikan bimbingan.
Peserta diarahkan untuk mengenakan kemeja lengan panjang, helm pelindung, dan sarung tangan. Satu per satu memadamkan api dengan kain basah. Lalu, mengambilnya dengan hati-hati.
Saat tantangan memadamkan api dengan kain basah usai, peserta ditantang kembali untuk memadamkan api dengan APAR. Caranya dengan menekan kuat bagian atasnya dan mengarahkan selang ke arah api yang menyala agar tepat sasaran.
“Kalau kebakaran, yang terpenting adalah jangan panik dan pastikan kebakarannya jenis apa. Lalu, tentukan langkah-langkah apa yang harus kita lakukan. Sedikit saja terlambat dalam penanganan, ruginya akan besar sekali,” ucap Harto.
Harto mengatakan bahwa sistem penanggulangan kebakaran yang terdapat di industri saat ini sudah jauh lebih baik, termasuk dari prosedur kerja, peraturan K3, penanganan kebakaran, serta berbagai fasilitas pendukungnya.
BACA JUGA:Korban Tewas Akibat Kebakaran Los Angeles Jadi 16 Orang, Api Belum Berhasil Dikendalikan
“Alhamdulillah, tadi mahasiswanya aktif. Saya senang bahwa mereka bisa menyampaikan kejadian kebakaran yang pernah terjadi di rumah turut disampaikan. Saya lebih suka jika mahasiswa mau bertanya, sehingga mereka lebih mengerti bagaimana kondisi di lapangan,” terangnya.
Ketua Panitia sekaligus Dosen Teknik Industri ISTTS, Pram Eliyah Yuliana, ST., MT., menambahkan bahwa pendekatan praktik menjadi keunggulan utama kegiatan ini.
“Selain teori K3 dan P3K, peserta juga mengikuti simulasi pemadaman kebakaran menggunakan APAR. Dengan panduan langsung dari praktisi, mahasiswa dapat memahami langkah-langkah penanganan darurat secara nyata,” jelas Pram.
Jordan Putra Dewangga, mahasiswa program studi Teknik Industri ISTTS semester tiga, merasa kagum karena biasanya hanya belajar teori. Tetapi, kini bisa praktik langsung memakai APAR.