Surat Terbuka Kiai Imam Jazuli ke Gus Yahya: Jiwa Besar Santri akan Manut Kiai

Jumat 28-11-2025,14:19 WIB
Reporter : Taufiqur Rahman
Editor : Taufiqur Rahman

HARIAN DISWAY - Internal pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) sedang berpolemik menyusul Pencopotan Ketua Umum PBNU KH. Yahya Cholil Staquf dari jabatannya lewat surat edaran dari Pengurus Syuriah pada Kamis, 20 November lalu. 

Menyusul surat edaran Syuriah yang menyatakan bahwa Gus Yahya--sapaan akrab KH Yahya Cholil--sudah tidak lagi menjabat sebagai ketua umum PBNU. Konsekuensinya, ia tidak lagi diperbolehkan menggunakan fasilitas yang melekat pada ketua PBNU.  

Meski demikian, keputusan ini tidak bisa mulus karena ditentang oleh sejumlah bagian dari PBNU sendiri. Menanggapi polemik ini, pendakwah asal Cirebon, KH. Imam Jazuli, Lc., MA. menuliskan surat terbuka pada Gus Yahya. Berikut isi suratnya: 

BACA JUGA:Kursi Ketum PBNU Beralih ke Rais Aam, Wasekjen Duga Ada Sabotase Surat Pencopotan Gus Yahya

 

Kepada yang terhormat DR. (Hc) K.H. Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya), yang kami cintai dan hormati.


PBNU copot Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) sebagai ketua umum.-Dok.NU-

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Bismillahirrahmanirrahim.

Gus, izinkan kami mencurahkan perasaan dan harapan akar rumput nahdliyin yang getir dan rintihan dari jutaan pasang mata yang menatap cemas. 

Tenti saja, surat ini bukan titah, apalagi menyerupai fatwa, melainkan sekadar kegelisahan dari hati yang merindukan kembali keheningan dan kedamaian di taman sari kultur dan struktur Nahdliyyin, yang kini terasa sedikit berserak oleh riak-riak fatamorgana.

Dengan segala kerendahan hati, surat ini kami tulis, mewakili suara hati akar rumput Nahdliyin yang rindu akan ketenangan dan kebersamaan dalam rumah besar kita, Nahdlatul Ulama. 

Kami memahami dinamika yang terjadi saat ini sangat kompleks, namun kami yakin bahwa di balik semua itu, ada jiwa besar seorang santri Krapyak dan Gus yang mengalir dalam diri Gus Yahya.

BACA JUGA:Gus Yahya Bantah Dicopot, Tegaskan Masih Ketua Umum PBNU secara De Jure

Gus, kami semua sayang sama panjenengan. Kami memandang Gus Yahya sebagai panutan dan pemimpin yang memiliki kapasitas luar biasa. Justru karena rasa sayang dan hormat itulah, kami berharap Gus Yahya dapat menunjukkan sikap legowo (berlapang dada) demi keutuhan jam'iyyah.

Engkau, Gus, adalah mutiara yang lahir dari rahim keagungan para pejuang dan kiai sepuh. Darah yang mengalir di nadimu, kami yakin adalah cahaya dari sanad keabadian keilmuan yang tak terputus hingga Baginda Nabi. Kami tahu, akalmu cerdas, pandanganmu jauh menembus batas cakrawala, namun, Gus, terkadang kebijaksanaan sejati justru ditemukan di dalam diam dan kepatuhan.

Konflik, Gus, ibarat badai yang mengoyak layar perahu besar yang bernama Nahdlatul Ulama. Perahu ini, yang dibangun dengan cucuran keringat dan air mata para pendahulu, kini oleng dihantam ego dan kepentingan sesaat. Sudahi, Gus, sudahi prahara ini. Apapun alasannya, sebesar apapun argumen logikamu, tiada yang lebih mulia daripada merajut kembali benang sutra persaudaraan yang terkoyak.

Kategori :