Harus diakui, industri film Tiongkok memang tidak seterkenal Hollywod dari Amerika Serikat atau film Bollywood punya India. Tetapi, karya mereka sejatinya cukup berkualitas. Sejak era film hitam-putih Yan Ruisheng (1921) hingga film animasi global Ne Zha 2 yang nongol di box office tahun ini.
Lantai pertama museum yang kami kunjungi menampilkan pencapaian seni film Tiongkok satu abad terakhir. Setiap ruangan dilengkapi display interaktif yang menjembatani sejarah, teknologi, dan budaya.
Bagi saya, pengalaman ini bukan hanya soal melihat artefak. Sensor, layar LED, robot, dan teknologi imersif menghadirkan “film” secara nyata, bukan sekadar di layar. Teknologi itu menegaskan bahwa sinema Tiongkok terus berinovasi.
DEERETAN ARTIS BERPRESTASI dalam industri film Tiongkok ditampilkan foto dan cap tangannya.-Doan Widhiandono-
Sepanjang tahun, di museum tersebut, pengunjung bisa menikmati film di ruang pemutaran, mengikuti konser film tahun baru, atau mencoba teknologi interaktif. Dan tahun ini, museum tersebut merayakan 120 tahun sinema Tiongkok dengan program khusus, menegaskan perannya sebagai pusat budaya dan penelitian film.
Di pengujung kunjungan, kami berada pada sebuah aula sangat besar. Dibungkus dengan teknologi imersif. Di sini, aneka dinosaurus dihidupkan hidup di tengah ruangan; lantai dan dinding seluruhnya layar LED. Setiap gerakan terasa nyata. Sensor dan teknologi digital menghadirkan sensasi seperti berada di dunia lain.
CNFM membuktikan bahwa museum tidak lagi sekadar menaruh artefak. Ia menggabungkan edukasi, hiburan, dan teknologi untuk menghadirkan pengalaman komprehensif. Bagi penggemar film maupun wisatawan, museum itu memang wajib dikunjungi.
ROBOT PANDA yang bisa menirukan mimik wajah dan gestur pengunjung.-Doan Widhiandono-