BACA JUGA:Raline Shah Mirip Lisa Blackpink saat Hadiri Festival Film Cannes 2023
Salah satu contoh film yang membahas sisi gelap dari keluarga adalah Die Saat des heiligen Feigenbaums (2024). Ceritanya membahas tentang konflik suatu negara yang mempengaruhi hubungan keluarga, sampai memicu pertengkaran dan keluarga antara orang tua dengan anak.
Film itu memiliki nama lain The Seed of the Sacred Fig Tree dan terinspirasi kisah nyata Mahsa Amini. Perempuan Iran itu meninggal secara tragis pada 2022 usai ditangkap oleh polisi karena perkara kerudung.
Kematian Amini mengobarkan protes besar-besaran yang meluas ke seluruh penjuru dunia. Demonstran melakukan aktivitas yang ekstrem, seperti merobek kerudung dan memotong rambut.
Seperti bisa diduga, aparat keamanan justru menyerang demonstran dengan alasan meredam kericuhan. Konflik pun kian meluas dan menjalar ke topik-topik runcing antara sipil dan aparat.
BACA JUGA:Damien Chazelle Terpilih Jadi Ketua Dewan Juri Festival Film Venesia
BACA JUGA:KBRI Beijing Kenalkan Indonesia Lewat Festival Film di Chengdu: Ini 5 Karya yang Diputar
Dalam film digambarkan betapa kacaunya Iran setelah fenomena Mahsa Amini mendunia. Kisah keluarga Iman yang demokratis menjadi contoh.
Iman yang baru saja dipromosikan menjadi hakim penyidik di lembaga pengadilan Iran terpaksa menyembunyikan identitas keluarganya. Sebab, dua putrinya vokal mengkritisi kebijakan pemerintah dan cara berpakaian mereka kerap bertentangan dengan aturan pemerintah.
Konflik dalam keluarga Iman membesar saat pistol miliknya hilang. Aparat menginterogasi keluarga Iman sampai pelaku yang mengambil pistolnya ditemukan.
“Jadi, harus ada kesadaran bahwa Anda tidak bisa berkarier di negara ini tanpa hijab,” kata aktris pemeran Razvan yang merupakan putri Iman di The Seed of the Sacred Fig Tree, mengutip Vogue Jerman.
BACA JUGA:Usung Tenun Gedog Tuban dan Filosofi Koma, Uzzaer Ruwaidah Pamer Karya di Wisma Jerman
BACA JUGA:Wisma Jerman Gelar Oktoberfest ke-10 di Surabaya, Rayakan Persatuan Jerman dan Budaya Bavaria
Widya Ayu, salah seorang penonton, mengaku sangat terkesan dengan KinoFest. Sepulang dari Wisma Jerman akhir pekan lalu, dia menjadi lebih aware pada nilai-nilai keluarga.
Hari itu, dia menonton Die Saat des heiligen Feigenbaums. “Filmnya seru, banyak nilai yang bisa kita petik. Misalnya tadi, si bapak tadi kan sangat idealis dengan profesinya. Dia melupakan nilai tentang kekeluargaan,” ujar Widya. (*)