Surabaya Pastikan, Tak Ada Angka Stunting Baru di 2027, Intervensi 4 Kelompok Rentan

Jumat 05-12-2025,18:06 WIB
Reporter : Edi Susilo
Editor : Noor Arief Prasetyo

SURABAYA, HARIAN DISWAY- Pemkot Surabaya mentargetkan tak ada kasus stunting baru Kota Pahlawan pada 2027 nanti.

Target itu disampaikan Asisten Administrasi Umum Pemkot Surabaya, Anna Fajriatin. Artinya, Pemkot saat ini akan fokus pada intervensi kasus stunting lama dan mencegah potensi munculnya stunting baru di masa mendatang. 

”Artinya kalau memang ada penyakit bawaan dari 5 tahun sebelumnya tidak apa-apa. Tetapi di tahun 2027 itu sudah tidak ada lagi penambahan kasus baru. Itu yang sering disampaikan oleh Wali Kota, Eri Cahyadi,” jelas Anna dalam acara Diseminasi Audit Kasus Stunting (AKS) Termin 2 di Graha Sawunggaling Jumat, 5 Desember 2025. 

Penanganan stunting oleh Pemkot Surabaya sendiri saat ini telah menunjukkan keberhasilan signifikan. Khususnya dalam menurunkan prevalensi stunting. 

BACA JUGA:Angka Stunting di Jatim Tinggal 14,7 Persen, Pemprov Raih Penghargaan dari BBKBN

BACA JUGA:FPDIP Jawa Timur: Distribusi Anggaran Harus Berdasar Prevalensi Stunting Daerah

Data kementerian menunjukkan, penurunan drastis stunting dari tahun ke tahun. Tercatat pada 2021 angka prevalensi stunting Surabaya mencapai 28,9 persen. Kemudian di 2022 turun tinggal 4,8 persen. Dan terus menurun hingga 1,6 persen di tahun 2023.

Sementara itu, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak, serta Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (DP3A-PPKB), Ida Widayati menyampaikan bahwa kegiatan diseminasi ini bertujuan menyebarluaskan rekomendasi hasil pengkajian tim pakar AKS kepada PD, camat, lurah dan perugas puskesmas.

“Ada empat kelompok rentan yang perlu diperhatikan dalam pencegahan stunting,” katanya. Empat kelompok tersebut antara lain calon pengantin, ibu hamil, ibu pasca bersalin, dan balita. 

Ida mengatakan, salah satu penyebab utama stunting yang trennya meningkat dalam lima tahun terakhir adalah pernikahan usia muda. Pasangan di bawah usia 20 tahun. Oleh karena itu, pencegahan dilakukan melalui kelas calon pengantin (catin) dan pendampingan.

“Saat tes kesehatan cantin, ada beberapa kasus menujukan kondisi calon pengantin khususnya wanita mengalami anemia,” katanya. Dari hasil tersebut DP3A-PPKB memberikan rekomendasi agar tidak hamil dulu dan memberikan pendampingan. Ini salah satu pencegahan yang dapat dilakukan. 

Salah satu panelis dari audit AKS, Prof. Dr. Tri Sumarmi memaparkan usulan hasil temuan di lapangan kepada Pemkot Surabaya. Usulan tersebut adalah perlunya mengatasi masalah TBC pada orang tua dan calon pengantin sebagai salah satu faktor penyakit penyebab stunting.

“Ini harus diikuti dengan perbaikan lingkungan dan perilaku hidup bersih (PHBS) untuk memutus rantai penularan,” imbuhnya. (*)

 

Kategori :