HARIAN DISWAY - Di bawah permukaan laut Pantai Tlangoh, Kabupaten Bangkalan, terpasang ratusan struktur beton berbentuk segi enam.
Tak mencolok dari kejauhan. Namun, justru di sanalah harapan baru bagi lingkungan dan kehidupan warga pesisir ditanam.
Hexa reef, terumbu buatan yang kini menjadi simbol perubahan, perlahan mengubah wajah Pantai Pasir Putih Tlangoh. Dari kawasan rawan abrasi menjadi destinasi wisata pesisir yang menjanjikan.
Perubahan itu tidak terjadi seketika. Selama bertahun-tahun, Desa Tlangoh bergulat dengan abrasi parah akibat hempasan ombak dan praktik penambangan pasir ilegal.
BACA JUGA:Layanan Informasi Pertamina Dilengkapi Ruang Baca Publik Edukatif
Ancaman tersebut kian diperparah oleh persoalan sampah. Timbunan limbah di kawasan pesisir desa itu sempat mencapai 1.488 meter kubik per hari.
Hal tersebut menciptakan kombinasi masalah lingkungan yang berdampak langsung pada hilangnya potensi ekonomi masyarakat.
Titik baliknya bermula pada 2022, ketika PT Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO) menggandeng Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya.
Kajian ilmiah yang dilakukan mengungkap fakta mengkhawatirkan: laju abrasi di Pantai Tlangoh mencapai tujuh meter per tahun.
BACA JUGA:Jelang Nataru, Wadirut Pertamina Patra Niaga Pastikan Pasokan Energi Sulut Aman
BACA JUGA:7 Jurusan Kuliah Paling Realistis Agar Diterima Bekerja di Pertamina
“Jika dibiarkan, bukan hanya garis pantai yang hilang. Tetapi juga masa depan masyarakat pesisir,” ujar Sr Manager Regional Indonesia Timur PHE WMO Sigit Dwi Aryono.
Berangkat dari temuan tersebut, PHE WMO meluncurkan Program Pengembangan Wisata Pesisir Terintegrasi Pantai Pasir Putih Tlangoh.
Program itu dirancang tidak semata sebagai proyek lingkungan. Melainkan sebagai upaya komprehensif yang menyentuh aspek sosial dan ekonomi warga.