Di sisi lain, keindahan bawah laut yang terbentuk, didominasi karang lembaran dengan tutupan 10,44 persen dan karang massif sebesar 7,87 persen, menjadi daya tarik baru bagi wisatawan.
Keberhasilan program itu juga tak lepas dari peran masyarakat lokal. Kepala Desa Tlangoh Kudrotul Hidayat menjadi salah satu motor penggerak perubahan sosial di desanya.
Ia membangun kesadaran warga akan pentingnya menjaga lingkungan dan mendorong pembentukan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Tlangoh.
Para warga Tlangoh, Bangkalan, melihat papan informasi terkait hexa reef.-PHE WMO-
BACA JUGA:Akses Darat Terputus, Pertamina Pasok LPG ke Bener Meriah dengan Metode Sling Load
BACA JUGA:Dirut Pertamina Kawal Pengiriman LPG ke Bener Meriah saat Puncak HUT Ke-68
Kelompok itu mengelola kawasan wisata sekaligus menjalin kerja sama dengan nelayan dan pelaku UMKM.
“Berkat adanya hexa reef, rantai nilai ekonomi terbentuk. Pokdarwis, nelayan, dan UMKM saling terhubung,” kata Kudrotul.
Dampaknya terasa luas. Sekitar 40 UMKM kini aktif di kawasan wisata Pantai Pasir Putih Tlangoh. Mulai dari penjual makanan dan minuman, oleh-oleh, jasa, hingga pengelolaan parkir.
Peluang ekonomi di kampung halaman bahkan menarik minat mantan pekerja migran Indonesia untuk kembali.
BACA JUGA:Gunakan Sling Load, Pertamina Pasok LPG ke Bener Meriah
BACA JUGA:Pertamina Laporkan Percepatan Distribusi Energi di Wilayah Terdampak Bencana Sumatera
Sejumlah warga yang sebelumnya merantau memilih menetap dan membuka usaha di Tlangoh.
Dari tujuh anggota Pokdarwis yang mengelola pantai, seluruhnya merupakan mantan pekerja migran.
General Manager Zona 11 PHE WMO Zulfikar Akbar menegaskan bahwa keberhasilan itu adalah buah kolaborasi.
“Tanpa dukungan masyarakat, program ini tidak akan berhasil. Bagi kami, mereka adalah pahlawan tanpa jubah dari Tlangoh,” ujarnya.