Mereka yang Selamat dari Pelesir Berujung Kecelakaan di Tol Surabaya-Mojokerto
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengunjungi keluarga korban kecelakaan Tl Sumo di Benowo. -Julian Romadhon-Harian Disway-
Duka masih menyelimuti kampung Benowo Krajan. Delapan warganya baru saja meninggal setelah mengalami kecelakaan maut di Tol Surabaya-Mojokerto pada Senin (16/5) lalu. Di antaranya, dua korban dari RT 01/RW 01 gang II serta lima korban dari RT 02 RW 02 gang II. Total ada 14 korban meninggal dunia pada kecelakaan tersebut.
---
RAMAI tapi senyap. Suasana seperti itu terasa di kampung Benowo Krajan siang kemarin. Jalan berpaving itu dipenuhi oleh kendaraan roda empat yang datang-pergi bergantian.Mulai mobil pikap yang mengangkut karangan bunga hingga mobil para pelayat.
Banyak orang yang menekuk muka mereka. Membuat suasana makin dirundung kesedihan. Termasuk Khusnul Arifah, warga RT 02/RW02, yang berduka karena kehilangan tetangganyi.
Dia tinggal tepat di seberang gang III. Punya toko kecil di bagian teras rumah. Namun, gerai bagian depan toko itu ditutup. Hanya sisi kanan yang sengaja dibuka separo.
Mata Khusnul terlihat sayu saat melayani beberapa pembeli. Suaranyi pun terdengar lamat-lamat. Dia masih mengalami shock atas kejadian maut yang menimpa tetangganyi. “Sudah gak bisa bilang apa-apa,” ucap perempuan paro baya itu.
Di sisi lain, dia juga merasa bahwa itu semua sudah digariskan oleh Yang Maha Kuasa. Khusnul pun merasa beruntung. Dia sekeluarga tak jadi ikut daftar menjadi peserta rombongan wisata ke Dieng itu.
Ajakan plesir telah diterima Khusnul sejak sebelum Ramadan. Langsung dari Andik Suyanto, salah satu korban yang tewas. Memang, Andik lah yang selama ini sering mengajak warga pelesir.
Dia pun tertarik untuk ikut. Hendak mengajak anak dan suaminyi. Namun, si suami justru keberatan. Sebab jadwalnya bertabrakan dengan agenda kerja. ”Suami saya usaha terop. Lagi banyak pesanan di bulan Syawal. Akhirnya kami nggak jadi ikut,” jelasnyi.
Kali terakhir Khusnul dan keluarga ikut agenda pelesir bersama warga pada Tahun Baru lalu. Dia menerima ajakan Edy, kerabat Andik yang sama-sama bekerja di bidang travel. Namun, saat itu Andik bukan koordinator. Melainkan hanya bagian sesi dokumentasi.
Satu bulan sebelum kejadian, warga setempat juga sempat pelesir bersama ke Yogyakarta. Pesertanya banyak yang berasal dari kampung Benowo Krajan. Hanya beberapa saja dari kelurahan lain.
Pelesir itu cuma satu hari satu malam. Banyak warga kapok karena kelelahan. ”Mungkin dari situ, pelesir yang kemarin tidak banyak yang ikut. Karena cuma sehari tanpa nginep jadi capek,” jelasnyi.
Bahkan, Nura’i, mertua Andik juga sempat mengadakan pelesir bersama secara gratis. Tepat seminggu sebelum kejadian maut itu, yakni pada Minggu (8/5). Warga diajak dolan ke Malang Selatan. Mengunjungi Masjid Tiban di Turen dan wisata rafting tradisional di Sumber Maron.
Nasib serupa juga dialami oleh Andini, warga RT 01/RW 01 gang II, yang tidak jadi ikut pelesir maut itu. Sebab juga tidak mendapat izin dari suaminyi. “Sebetulnya anak saya pengin ikut. Tapi, sama ayahnya nggak boleh,” katanyi.
Menurut Andini, keluarga Andik memang rutin mengagendakan pelesir bersama warga. Itu berlangsung sejak Andik dan istrinya, Nitaning Agustin, pindah dari Gresik. Keduanya tinggal di rumah orang tua Nita, Nura’i dan Mujiana, di gang III.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: