Ajak Pekerja Kreatif Bangkit
Di masa pandemi Covid-19, salah satu yang paling terdampak adalah pekerja seni. Jangankan konser, menggelar gig kecil-kecilan pun susah. Tidak hanya penghasilan yang berkurang. Kondisi mental juga tertekan. Cleopatra Clementina dan Cosmas Atmadja membuat proyek kolaboratif untuk menyemangati mereka.
DAMPAK yang ditimbulkan pandemi Covid-19 begitu luar biasa. Mulai dari kehilangan pekerjaan, ditinggal keluarga, dan sebagainya. Itulah yang memanggil hati Cleopatra Clementina dan Cosmas Atmadja. Duo komposer dari Seraphim Music Studio itu menyusun sebuah lagu bertema optimisme berjudul Light up the Dark.
Komposisi tersebut berbentuk aransemen tanpa vokal. Yang jadi highlight adalah terompet. Cleopatra memilih konsep tersebut karena terinspirasi dari Chris Botti, seorang peniup terompet klasik ternama. Literasinya diperlengkap setelah menonton Nuovo Cinema Paradiso. Film musikal dari Italia yang dirilis pada 1988.
’’Saya awalnya tidak menyangka kalau terompet dapat menghasilkan harmonisasi penggambaran perasaan manusia. Ngiranya sebagai alat musik pelengkap saja,’’ kata perempuan yang akrab disapa Cleo itu.
Kultur Negeri Pizza menancap erat dalam benak Cleo. Lagu karya dia pada awalnya diberi judul Perso la Felicita. Dalam bahasa Italia, artinya hilangnya harapan. Keresahan dan kecemasan yang terus dia rasakan selama pandemi menjadi inspirasi utama.
Konsep lagu secara umum berupa musik orkestra. Mengandung alat musik instrumental seperti biola, cello, terompet, piano, dan sebagainya. Temponya pelan. Penuh nada ratapan juga penghayatan. Menggambarkan perasaan yang coba disampaikan sang pembuat lagu.
Berbanding terbalik dengan image tembang penyemangat yang identik dengan tempo cepat. Aransemen musik cenderung menghentak. Dalam lagu Cleo, nada ratapan begitu terasa, bahkan sejak menit pertama. Tidak ada peningkatan mood secara signifikan sampai lagu selesai.
Cosmas menjelaskan, Cleo memang kerap merasakan kesedihan mendalam selama pandemi. Hampir setiap hari dia mendapatkan kabar sedih. Dia kehilangan sosok terdekat. Bisnis dia juga bangkrut. Sirine ambulans makin lazim didengar. Hal-hal itu membuat dia dicekam kecemasan dan ketakutan.
’’Satu lagi yang hilang dari kita semua adalah kebebasan. Tidak bisa dengan santai keluar seperti dulu. Akses menuju tempat-tempat yang diinginkan jadi terbatas,’’ tutur Cosmas. ’’Akhirnya tidak bisa mengadakan konser atau pagelaran musik. Juga tidak bisa ketemu teman. Semuanya seakan mengurung Cleo. Pelampiasannya adalah bikin lagu ini,’’ cerita Cosmas.
Cleo tidak berbohong bahwa dia merasa sangat sedih. Jadi, Light up the Dark sebenarnya semacam penghiburan buat dirinya sendiri. Proyek itu dijalankan sejak Oktober 2020. Komposisi tuntas pada Maret 2021. Setiap alat musik pendukung dimainkan dan direkam sendiri oleh perempuan 20 tahun itu. Durasi aslinya enam menit lebih.
Cleo tidak terpikir untuk mempublikasikan karya dia secara digital. Namun, hal itu berubah setelah Light Up the Dark diperdengarkan kepada Cosmas. Muncullah ide untuk memvisualisasikan perasaan yang ada di dalam lagu ke dalam bentuk tayangan.
Sebelum menyerahkannya ke produser video, ada proses aransemen dan master ulang. Cosmas menambahkan ornamen suara agar mood pendengar bisa naik-turun. Kemudian durasinya dikurangi menjadi lima menit sehingga memenuhi kebutuhan produksi. (Rizal Hanafi-Harian Disway)
Cosmas dan Cleo membawa karyanya kepada Ivander Aditya, seorang sinematografer dari IGB Media. Pertemuan ketiganya lalu menghasilkan kesepakatan. Mereka akan memvisualkan Light up the Dark ke dalam bentuk video. Sekaligus menjadikannya lagu pengiring tayangan balet kolosal. Pemeran utamanya adalah balerina Helena Aprilia. Didukung Florenzio Pitta, Wynne Cabrini, dan Dian Leo.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: