Ojek Mogok Dini Hari, Lanjut Mendaki Seorang Diri
Tak sadar sang pengemudi ojek menyeka wajahnya yang penuh keringat dengan telapak tangannya. Akibatnya, wajahnya penuh coreng-moreng hitam. Ia mengantarku sampai jalan turunan menuju kaldera Kintamani. Untuk menuju ke Gunung Batur memang harus melewati daerah tersebut, hingga sampai di daerah Tegallalang, Gianyar. Mas ojek masih tak sadar kalau wajahnya hitam. Kubiarkan saja sambil cekikikan sepanjang jalan.
Kami berhenti di Tegallalang. Tak jauh di sana terdapat Pura Ulun Danu Batur. Mas ojek beristirahat di sana. Sedangkan aku mendaki Batur seorang diri. Di malam buta.
Untuk melindungi langkahku, aku mengandalkan penerangan dari senter smartphone. Sinyal mati total. Kulihat pula bayangan danau dari kejauhan. Aku akan kembali lagi nanti setelah mendaki. Kurang lebih dua jam mendaki Gunung Batur hingga sampai sedikit di puncak.
Sudah dini hari. Sunrise muncul dari ufuk timur. Syahdu. Seketika lelah hilang berganti kebahagiaan tak terkira. Perlahan-lahan terang menyelimuti alam. Nun jauh di sana kusaksikan pemandangan Gunung Agung. Berdiri megah bak raksasa berwarna biru.
Di sudut utara, terdapat bangunan kedai yang artistik.
Kuhampiri untuk menikmati kopi hangat. ’’Kopi ya mbak? Tapi tunggu airnya hangat. Kami baru saja buka,’’ ujarnya. Tak masalah. Aku akan menunggu sabar sambil merebahkan diri. Pegalnya baru terasa.
Kopi dengan asap mengepul tersaji di hadapanku. Betapa kafein dapat menenangkan pikiran. Suasana sudah sepenuhnya terang. Jam 7 pagi. Tumbuh-tumbuhan hijau dan pemandangan Gunung Agung terlihat dengan jelas. Tak berapa lama kucoba memejamkan mata untuk tidur sejenak barang sejam.
Ketika membuka mata, tubuhku rasanya sedikit pegal. Sendi-sendi kakiku agak kaku. Pasti karena telah berjalan cukup jauh dan hawa dingin yang menusuk tulang. Apalagi aku hanya mengenakan kaus dan celana pendek.
Setelah membayar kopi, aku turun. Harus hati-hati meski hari sudah terang. Sebab jalan setapak lumayan curam. Hampir tiba di Pura, kulihat bayang danau semalam. Rupanya indah juga. Terdapat tanaman eceng gondok dengan bunga-bunganya bermekaran. Anak-anak kecil memancing di situ. Beberapa dari mereka kusuruh untuk memotretku.
Mas ojek sedang memanaskan mesin motor. Ia menyapaku dengan tawa hangatnya. Wajahnya sudah tidak hitam. Aku kembali ke Denpasar. Kuputuskan langsung saja menggunakan motor ojek lokal dari Batur ke Sanglah. Sesampainya di kos, mas ojek terlihat sangat letih. Kubayar penuh ongkosnya. Juga kuberi dua botol air mineral untuk bekal kembali ke rumahnya di daerah Batubulan.
Waktunya beristirahat seharian penuh. Esok hari aku akan kembali lagi untuk berkeliling Bali. Sungguh perjalanan yang seru dan melekat di kepalaku hingga kini. (Retna Christa-Guruh Dimas)
*) traveler, spesialis bedah ortopedi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: