Kehidupan Kabul Kembali ’’Normal’’

Kehidupan Kabul Kembali ’’Normal’’

SUDAH tak ada lagi orang berjalan mengenakan t-shirt dan celana jins di jalanan Kabul kemarin (17/8). Pria-pria mengenakan gamis. Sedangkan para perempuan tak nampak.

’’Ketakutan itu begitu terasa,’’ ungkap seorang warga yang tidak ingin menyebutkan nama, seperti dikutip AFP. Ia baru membuka toko kelontongnya yang terletak di jalanan utama ibu kota. Situasi Kabul saat ini seperti memasuki masa ’’new normal’’. Kembali seperti dulu. Waktu Taliban berkuasa pada 1996-2001.

Setelah akhir pekan yang mencekam, kemarin warga mulai memberanikan diri keluar rumah. Melihat seperti apa kehidupan di bawah rezim Taliban jilid kedua ini. Bagi sebagian orang, 20 tahun terakhir—setelah AS menumbangkan Taliban pada 2001—seolah tak pernah terjadi.

Dua puluh lima tahun yang lalu, Taliban memerintah dengan mengadopsi hukum Islam secara ketat. Di masa itu, sabetan rotan di betis bagi jamaah yang telat salat sudah jadi pemandangan sehari-hari. Sementara hukum cambuk, pemotongan tangan pencuri, serta eksekusi mati terjadi setiap Jumat. Acara itu digelar di stadion. Supaya semua orang bisa melihat.

Sementara itu, anak perempuan dilarang sekolah. Sedangkan perempuan dewasa dilarang bekerja di sektor-sektor yang memungkinkan mereka berinteraksi dengan pria. Dan masih banyak lagi pembatasan lain. Hingga kemarin, belum ada tanda-tanda aneka restriksi kembali dijalankan. Namun, warga tidak mau mengambil risiko.

’’Orang-orang takut. Mereka tidak tahu apa yang akan terjadi,’’ ungkap seorang penjaga toko yang lain. ’’Taliban berpatroli di kota dalam konvoi-konvoi kecil. Mereka tidak berbuat agresif, tentu saja. Tapi tetap saja itu teror bagi kami,’’ lanjutnya. 

Salah satu tanda bahwa angin perubahan sedang terjadi, itu ada di televisi. Stasiun televisi milik pemerintah mulai menyiarkan program-program islami yang telah direkam sebelumnya. Atau pidato dari Maulvi Ishaq Nizami. Pria yang diperkenalkan sebagai pimpinan Voice of Sharia, media resmi Taliban.

Tolo TV, channel televisi swasta yang selama 20 tahun berjaya dengan tayangan-tayangan sekuler, sudah menghentikan semua acara reguler. Selama dua dekade mereka sangat disukai karena menayangkan acara permainan, opera sabun, dan ajang pencarian bakat ala barat. Sekarang, mereka memutar hanya drama Turki tentang Kekaisaran Ottoman.

Ada sih, siaran berita yang menampilkan presenter perempuan. Dia mewawancarai pejabat Taliban. Sang pejabat mengumumkan akan memberikan pengampunan kepada semua pegawai pemerintahan. Ia meminta mereka untuk segera kembali bekerja. ’’Anda harus memulai kembali kehidupan rutin dengan penuh percaya diri,’’ kata pejabat itu.

Sebelumnya, juru bicara Taliban Suhail Shaheen menegaskan bahwa perempuan tidak perlu merasa terancam oleh rezim yang baru. ’’Hak mereka untuk mendapatkan pendidikan juga dilindungi,’’ kata Shaheen. Namun, ia tidak merinci bagaimana pihaknya akan menjalankan pemerintahan nanti. ’’Pokoknya sesuai hukum Islam,’’ icapnya.

Padahal, tak jauh dari situ, di luar Green Zone, sekelompok perempuan dengan keberanian luar biasa menggelar unjuk rasa. Mereka menuntut diizinkan kembali bekerja. Mereka adalah pekerja sektor domestik. Seperti juru masak atau asisten rumah tangga. Truk penuh tentara Taliban mencoba mengusir mereka. Tapi mereka bergeming.

Di kota, interaksi warga dengan tentara Taliban cukup beragam. ’’Beberapa orang bersikap ramah dan tidak membuat masalah sama sekali,’’ kata seorang warga. Ia mencoba memasuki kantornya melewati pos penjagaan Taliban. ’’Tapi yang lain cukup sangar. Mereka mendorongku dan meneriaki aku tanpa alasan,’’ imbuhnya. (Retna Christa)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: