Jadwal dan Venue Liga 1 Belum Jelas, Tim Takut Berangkat

Jadwal dan Venue Liga 1 Belum Jelas, Tim Takut Berangkat

JIKA sesuai jadwal, kickoff Liga 1 seharusnya bergulir 27 Agustus 2021. Artinya, kurang empat hari lagi. Ironisnya, sampai H-5 kickoff, banyak hal yang belum jelas dari pelaksanaan Liga 1. Bahkan, jadwal pertandingan dan venue belum di tangan klub-klub peserta.

Klub peserta Liga 1 pun kini sedang bingung menanti jadwal pertandingan dan venue. Soal venue memang masih simpang siur. Dari informasi yang beredar, seri I akan dipusatkan di Jabodetabek. Kota Bandung, yang awalnya masuk sebagai tuan rumah seri I, dicoret karena masih tingginya angka penderita Covid-19. Namun, belakangan tersiar kabar, Kota Bandung masuk lagi sebagai venue seri I.

Masuk tidaknya Bandung itu akan sangat berpengaruh pada tim peserta. Termasuk Persebaya. Sebab, tim tentu butuh menyusun jadwal keberangkatan tim ke kota tempat seri I digelar.

Persebaya, misalnya. Di jadwal kickoff yang disampaikan 9 Juli lalu, Green Force disebut akan ber-home base di Bandung. Mereka akan bermain di Stadion Si Jalak Harupat dan Gelora Bandung Lautan Api. Namun, ketika nama Bandung dicoret, Persebaya disebut bakal menghadapi Borneo FC di Gelora Bung Karno, Jakarta. Hal itu sempat terlontar dalam manager meeting yang digelar Jumat (20/8) pekan lalu.

Ketidakjelasan itu membuat pelatih Persebaya bingung. ”Kami belum putuskan kapan berangkat. Masih menunggu kepastian harus main di mana, Bandung atau Jakarta,” kata Aji Santoso, pelatih Persebaya Surabaya, kemarin. Aji berharap PT Liga Indonesia Baru (LIB) tidak mendadak memutuskan venue untuk timnya. Sebab, tidak mungkin tim berangkat mendadak. Hal itu bisa memengaruhi kondisi fisik para pemain.

Melihat kondisi tidak jelas seperti saat ini, bayang-bayang Liga 1 bakal mundur pun mulai menyelimuti banyak orang. Bahkan, ada yang khawatir nasib liga bakal seperti musim 2020. Ditunda…ditunda…, dan akhirnya gagal digelar.

PSSI sendiri sangat khawatir Liga 1 tak bisa digulirkan. Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan bahkan sudah menaksir, kerugian secara ekonomi bisa mencapai Rp 3,5 triliun. Entah bagaimana cara menghitungnya.

”Kalau kompetisi tidak bergulir, kerugian secara ekonomi bisa mencapai 3 sampai 3,5 triliun rupiah. Jadi, dampaknya ini luar biasa,” ujar Iriawan. ”Kalau kompetisi tidak ada, rusaklah semua stakeholder sepak bola,” ucap Iriawan, mengomentari turunnya rekomendasi Satgas Covid-19, beberapa waktu lalu.

Sebenarnya kerugian tidak bisa digelarnya liga bukan sekadar faktor ekonomi, melainkan juga citra. Akan sulit bagi Indonesia untuk meyakinkan dunia tentang persiapan Piala Dunia U-20 yang akan digelar pada 2023.

Direktur Utama LIB Akhmad Hadian Lukita belum menjawab ketika dikonfirmasi soal kepastian jadwal dan venue. Pun, soal nilai kerugian apabila kompetisi urung digelar. Soal jadwal dan venue, PSSI dan LIB kabarnya masih menunggu arahan lebih lanjutan dari Menteri Koordinator Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan. Adanya peran Luhut itulah yang kabarnya membuat LIB gagal mengirim jadwal pertandingan ke klub peserta seperti yang sudah dijanjikan. (Gunawan Sutanto)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: