Aktif di Masyarakat, Temukan Masalah dan Solusi

Aktif di Masyarakat, Temukan Masalah dan Solusi

’’Dengan bertemu klien langsung, mereka dilatih untuk menempatkan diri. Seperti cara berbahasa yang baik, cara berbusana, cara presentasi, personal branding, dan sebagainya,’’ jelas Freddy. ’’Dengan demikian, mahasiswa tidak perlu menunggu lulus, tapi sejak semester awal mereka sudah mulai membina relasi,’’ tambahnya.

Praktik turun langsung ke lapangan sangat penting untuk menunjang kemampuan mahasiswa. Agar mereka mengetahui permasalahan-permasalahan riil yang terjadi. Bagi Freddy, itu tidak hanya berlaku buat mahasiswa. Tapi juga para dosen.

’’Saya selalu menekankan bahwa para dosen harus keluar kampus. Berkiprah dan mengaplikasikan keilmuannya untuk berkontribusi bagi masyarakat. Jangan hanya jago kandang atau menguasai teori saja,’’ papar penulis buku Kya-kya bareng Koh Dahlan Iskan tersebut.

Selama ini Freddy memang banyak berkiprah di lapangan. Termasuk sebagai aktivis dan pakar heritage, berkecimpung di kalangan perupa, serta menjadi peneliti budaya Peranakan, hingga menulis di media massa. Tujuannya, selain sebagai pengajar, ia juga ingin menjadi role model bagi anak-anak didiknya.

Keaktifannya di masyarakat menginspirasi Freddy untuk menemukan berbagai ide kreatif langsung dari para pelaku usaha. Contohnya, industri percetakan. Di era digital, usaha percetakan konvensional semakin terpinggirkan oleh teknologi digital. Namun pengusaha percetakan yang kreatif dapat tetap survive jika mampu menangkap peluang.

MENGGEMARI BUDAYA, Freddy (kanan) tampil dalam pementasan bersama budayawan Remy Sylado (dua dari kanan) dan Dahlan Iskan (kiri).

 

Saat mahasiswa memasuki kegiatan pengabdian masyarakat, ia menekankan agar mereka ikut memberi pelatihan tentang industri kreatif kepada masyarakat. Utamanya pelaku usaha kecil sampai menengah. Agar mereka naik kelas. Dari pemain lokal menjadi pemain internasional. Caranya adalah dengan membekali mereka mindset entrepreneur.

’’Misalnya diberi pelatihan bisnis ekspor-impor. Sebisa mungkin produk mereka dapat diekspor,’’ ungkapnya. Kemudian untuk mengetahui langkah dan mencari peminat produk, UC mendatangkan pebisnis professional. ’’Mereka memberi tips-tips praktis berbisnis. Menemukan pembeli di luar negeri, kemudian melatih korespondensi berbahasa Inggris praktis dengan konsumen dari luar negeri,’’ ungkapnya.

Ketika menjabat dekan Fakultas Industri Kreatif, Freddy membuka jurusan fashion. Kepada mahasiswa fashion, ia menekankan agar orientasi mereka jangan terpaku pada pusat mode dunia seperti Paris dan Milan. Sebab, industri mode justru berkembang pesat di Seoul, Hongkong, Shanghai, Tokyo, dan negara Asia lain. Di Indonesia, sebagai negara Islam terbesar, Freddy juga mengajak dosen dan mahasiswa untuk mengembangkan busana muslim.

Freddy juga memberi contoh ketika Korea menggelar acara pembukaan Olimpiade Musim Dingin Pyeongchang 2018. Dalam ajang itu mereka memamerkan produk-produk industri kreatif yang berbasis tradisi.

’’Indonesia seharusnya mampu bersaing. Karena produk kebudayaan kita yang berasal dari tradisi. Sangat bagus, kaya dan beragam. Tinggal mengembangkan dan menanamkan mindset entrepreneur untuk para pelaku industri kreatif,’’ pungkas pria yang pernah diundang Kementerian Pendidikan, Sains dan Kebudayaan untuk studi tentang Heritage di Erasmus University of Amsterdam itu. (Retna Christa-Guruh Dimas)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: