Sidoarjo Buka Sekolah, Surabaya Berhati-Hati

Sidoarjo Buka Sekolah, Surabaya Berhati-Hati

BEDA kepala daerah beda kebijakan. Ini tentang pembelajaran tatap muka (PTM). Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor Ali memperbolehkan sekolah di Sidoarjo menggelar PTM terbatas. Termasuk untuk SD/MI yang siswanya belum divaksin sama sekali.

Sementara, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi belum mengizinkan PTM. Baik untuk jenjang SD maupun SMP. Eri memilih berhati-hati. Tidak ingin ada siswa di Surabaya yang menjadi korban karena terpapar Covid-19. Eri memilih menyelesaikan vaksinasi bagi pendidik dan siswa.

Tentu Eri dan Muhdlor punya cara berpikir yang berbeda. Jumat (27/8/2021), Muhdlor mengunjungi Madrasah Ibtidaiah Muslimat Nahdlatul Ulama (MIMNU), Pucang, Sidoarjo. Madrasah swasta favorit di Sidoarjo itu sudah menggelar PTM. Bagi kelas 1. Yang usia siswanya rata-rata 7 tahun itu. 


Grafis: Raditya-Harian Disway

Kapasitas kelas 50persen. "Mengapa kelas satu? Karena memang mereka ketemu gurunya saja belum pernah. Ketemu teman-teman juga belum pernah,” kata Muhdlor.

Menurut Muhdlor, sejumlah sekolah di Sidoarjo sudah meminta izin untuk menggelar PTM. Muhdlor mempersilakan. Mayoritas sekolah di Sidoarjo menggelar PTM serentak Senin (30/8/2021).

Dasarnya, Sidoarjo sudah menjadi wilayah PPKM level 3. Larangan PTM hanya untuk wilayah PPKM level 4. "Sekarang boleh masuk tanpa menyangkut-pautkan dengan vaksin. Apalagi SD tidak memungkinkan untuk divaksin. Karena semua di bawah 12 tahun,” lanjut politikus PKB itu.

Orang tua juga memiliki hak penuh atas anaknya. Jika orang tua tidak menghendaki anaknya mengikuti PTM, maka sekolah harus menyiapkan pembelajaran daring. "Semua berhak memilih,” kata putra tokoh NU KH Agoes Ali Masyhuri itu.

Di tingkat SMA/SMK dan SLB, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa juga memperbolehkan PTM mulai Senin (30/8). “Semua checklist kesiapan harus sudah dipenuhi,” ujarnyi.

Khofifah juga menyarankan agar bupati/wali kota memprioritaskan vaksinasi bagi siswa SMA/SMK. Sebab, capaiannya masih rendah. Hingga kini, siswa SMA/SMK yang sudah divaksin dosis pertama masih 7,79 persen dan dosis kedua baru 1,31 persen dari total keseluruhan 1,3 juta siswa.

Sekjen Perhimpunan Sarjana dan Profesional Kesehatan Masyarakat Indonesia (Persakmi) Rachmat Pua Geno mengingatkan bahwa Covid-19 tidak mengenal pengecualian. Siapa pun bisa terkena. Baik yang sudah divaksin apalagi yang belum. “Kita semua sudah lelah, tapi virus ini masih melakukan mutasi dan menambah varian baru,” katanya. (Salman Muhiddin/M Nur Khotib )

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: