FR Aloha Menjadi Harapan

FR Aloha Menjadi Harapan

FRONTAGE road (FR) Aloha-Gedangan sudah dinantikan sejak lama. Pengembangan jalan berbasis jalur cepat itu digadang-gadang sebagai solusi kemacetan. Tentu saja bagi setiap orang yang sehari-hari melintas di sana.

FR itu panjangnya diperkirakan hingga 1.600 meter. Dari ujung Jalan Raya Juanda hingga Jalan Gedangan-Betro. Sebab, di kawasan Waru dan Gedangan itu lah titik ganasnya kepadatan. Terutama pada jam-jam tertentu.

Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Sidoarjo M Bahrul Amig mengatakan, rasio antara kapasitas jalan dan jumlah pengguna jalan tidak imbang. Nyaris setiap saat. Menurutnya, FR tersebut bakal mampu mengurai padatnya kendaraan. Bahkan hingga 30 persen. “Kalau sore, sepanjang Waru sampai Gedangan kan padat sekali. Nah itu, bisa diurai,” katanya, kemarin (28/8).

Meski, rencana pembangunan FR itu masih satu sisi. Yakni dari arah Surabaya ke Sidoarjo. Namun, setidaknya bisa mengurangi simpul pemadatan. Tinggal bagaimana penguatan tim rekayasa manajemen lalu lintasnya saja.

“Kalau pembangunan dari sisi barat atau arah Sidoarjo ke Surabaya, kita belum bisa banyak berharap,” kata Amig, kemarin (28/8). Namun, pembangunan FR di sisi tersebut bukan berarti tidak mungkin. Apalagi jika mengacu pada Perpres No 80 tahun 2019. Bahwa pengerjaan FR Aloha-Gedangan masuk dalam 204 mega proyek nasional.

Jalur tersebut merupakan jalur utama distribusi kegiatan perekonomian. Percepatan pembangunannya pun sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Bahkan, ada juga perencanaan pembangunan flyover di kawasan itu.

Selain itu, Amig juga merekomendasikan agar pembangunan FR itu harus memperhatikan beberapa hal. Pertama, harus disesuaikan dengan tata kelola ruang. Pertimbangannya supaya beban jalan bisa lebih diproporsionalkan. Dengan begitu, tidak bertumpu pada jalan utama.

Kedua, ketersediaan infrastruktur jalan yang layak. Apalagi FR itu berada di kawasan industri dan pergudangan. Maka kelas jalannya juga harus bagus. “Kalau bicara seputar transportasi memang tidak bisa berdiri sendiri. Pertimbangan yang lain juga sangat penting. Karena nanti juga pasti berimplikasi ke kepadatan jalan juga,” jelas Amig.

Sebetulnya, rencana pembangunan FR sepanjang 1600 meter ini sejak 2013 silam. Namun, progres sangat lambat. Hingga kini, yang baru jadi masih sepanjang 200 meter. Lokasinya tepat di depan tugu pesawat markas Brigadir Infanteri 1/Marinir, Gedangan.

Menurut Amig, akhir tahun ditarget sudah ada progres konkret. Harus terus berlanjut. Tidak boleh ada kegagalan dalam pelelangan. Itu sesuai arahan Bupati Sidoarjo. Tentu juga sesuai anggaran yang sudah dialokasikan.

Dinas PU Bina Marga dan Sumber Daya Air (PU BMSDA) Sidoarjo pun baru melanjutkan penggarapan di bulan ini. Lahan sebelah barat markas Brigadir Infanteri 1/Marinir itu sedang dalam proses pengurugan. “Itu baru mulai. Baru urugan untuk jalan mobilisasi alat dan material saja,” ujar Kepala Dinas PU BMSDA Sidoarjo Sigit Setyawan.

Lalu, kenapa progresnya sangat lambat?

Kendala utamanya adalah pembebasan lahan. Bahkan, sampai saat ini terdapat 19 bangunan yang belum bisa dibebaskan. Sebab, masih tumpang tindih kepemilikannya dengan PT KAI.

Pada (23/7) lalu, saat dikonfirmasi, Sigit menyatakan bahwa lahan yang tumpang tindih segera di-appraisal. Sedang dikonsinyasikan ke pengadilan negeri. Agar segera mendapat keputusan pihak siapa yang berhak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: