Mereka yang ’’Menggantikan Kita’’

Mereka yang ’’Menggantikan Kita’’

PANDEMI tidak hanya mengancam kesehatan manusia. Pagebluk ini juga menciptakan ancaman baru: hilangnya mata pencaharian. Sebab, robot-robot mulai bermunculan untuk menggantikan tugas-tugas manusia.

Misalnya, di Arby’s, restoran lantatur di Los Angeles. Pengunjung dilayani oleh Tori, robot yang mengenali suara dan bisa diprogram untuk mengantarkan makanan langsung.

’’Robot tidak bakal sakit. Tidak akan tertular Covid-19,’’ kata Amir Siddiqi, pengelola restoran Arby’s di Los Angeles itu.


DOKTER ROBOT di sebuah klinik gigi di kota Tanta, MEsir, 20 Maret 2021. (Foto: AFP) 

Dengan kian mahalnya biaya buruh—plus jumlah mereka yang terus berkurang—sejumlah perusahaan mulai mempekerjakan robot. Secara jangka panjang lebih murah. Juga aman. Karena tak bakal ada karyawan yang sakit.

Pengalaman masa lalu menunjukkan bahwa gelombang otomatisasi semacam itu pada akhirnya menciptakan lebih banyak pekerjaan. Justru tidak menghancurkan lapangan pekerjaan yang ada. Tetapi, otomatisasi itu akan menghapus pekerjaan yang dilakukan oleh orang-orang yang kurang terampil.

GRACE, robot yang dikembangkan oleh Hanson Robotics untuk menjadi perawat yang melayani pasien isolasi Covid-19. (Foto Yonhap).

Jika bukan karena pandemi, Siddiqi mungkin tidak akan repot berinvestasi dalam teknologi baru yang dapat mengasingkan. Tapi, bisnisnya justru lancar. ’’Memang, orang yang kami butuhkan akan lebih sedikit. Tetapi, karyawan yang tersisa bisa bekerja di dapur dan areal lain,’’ kata Siddiqi.

Peningkatan teknologi robot memungkinkan mesin melakukan banyak tugas yang sebelumnya mengharuskan orang melempar adonan pizza, mengangkut linen rumah sakit, memeriksa pengukur, atau menyortir barang. Pandemi mempercepat adopsi mereka. Robot, bagaimanapun juga, tidak bisa sakit atau menyebarkan penyakit. Mereka juga tidak meminta waktu istirahat untuk menangani keadaan darurat pengasuhan anak yang tidak terduga.

Dan AS sejatinya sedang terpukul tahun lalu. Ada 22,4 juta orang yang kehilangan pekerjaan pada Maret-April 2020. Rekrutmen kembali memang terjadi secara cepat. Pada April-Juni, ada 10,1 juta pekerja baru. Tetapi, para pengusaha mengeluh bahwa jumlah itu masih belum cukup. (Doan Widhiandono)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: