Serial Dimaz Muharri (24): Mundur dari CLS Knights

Serial Dimaz Muharri (24): Mundur dari CLS Knights

Tahun 2015 adalah tahun yang berat bagi Dimaz Muharri. Setelah kehilangan Qaqa Muharri, istrinya, Selvia Wetty, benar-benar terguncang. Dan itu berpengaruh pada performa Dimaz di lapangan.

---

SAAT Selvia Wetty, istri Dimaz Muharri,  hamil untuk kali kedua, sempat tinggal di Jakarta. Bersama kedua orang tuanyi. Trauma keguguran pada kehamilan pertama menjadi pertimbangan saat itu. Dengan begitu, Dimaz tidak kepikiran saat harus bertanding di luar kota.

Barulah ketika NBL seri luar kota berakhir, Via–sapan Selvia Wetty– diajak pulang ke Surabaya. Saat NBL seri 10 di Surabaya, tentu Via berada di Surabaya. Saat itulah terjadi masalah di kandungan Via. Tiba-tiba sang bayi tidak bergerak. Dan akhirnya pada 24 April 2015, Dimaz dan Via harus menguburkan bayi yang diberi nama Qaqa Muharri itu.

Via begitu terguncang. Mama dan kakaknyi sampai harus bergantian menemani agar Via terhibur. Tinggal sebulan bayinyi lahir. Namun takdir berkata lain. Umur bayi itu tak sampai delapan bulan.

Kondisi Via membuat konsentrasi Dimaz terpecah. Ia pun sebenarnya juga belum bisa sepenuhnya menerima kenyataan. Saat seleksi timnas terakhir di Batam, performanya menurun. Tidak fokus. Alhasil, Dimaz tercoret dari timnas yang diproyeksikan ke SEA Games 2015 di Singapura.

Kondisi serupa terjadi saat CLS Knights tampil di Championships Series di Jakarta. Dimaz nyaris tidak diturunkan oleh pelatih Kim Dong-won. Bahkan saat pertandingan tidak masuk dalam daftar pemain. Ia tidak mendapat jersey. Hanya jadi penonton. Dimaz sempat datang ke kamar pelatih meminta diberi kesempatan bermain.

Ia pun akhirnya diberi kesempatan bertanding saat final four melawan Pelita Jaya. Dan apesnya, saat Dimaz diturunkan, CLS kalah. Gagal masuk final. Di musim NBL 2015, CLS akhirnya merebut peringkat ketiga. "Waktu itu teman-teman terus memberi semangat," kata Dimaz.

DIMAZ MUHARRI (dua dari kanan) bersama pemain CLS Knights di GOR Kertajaya. (Foto: Dok)

Setelah musim NBL 2015 selesai, Dimaz mulai berpikir untuk mundur sebagai pemain basket profesional. Namun usianya saat itu baru 30 tahun. Untuk ukuran pemain basket justru itu usia matang. "Tapi saya kepikiran kondisi istri yang tidak boleh stres saat ditinggal-tinggal ke luar kota untuk tanding," kata pemain asal Binjai itu.

Ia juga mempertimbangkan usia Via yang juga memasuki 30 tahun. Harapan Dimaz, Via bisa segera hamil lagi dan punya anak. Hal itu terus berkecamuk di pikiran Dimaz. Akhirnya, Dimaz menyampaikan rencana mundur dari basket kepada Via.

"Saya bilang ke Via, akan mundur. Tapi ingin main dulu di Preseason IBL 2015," kata Pupa, sapaan Dimaz oleh istri dan anaknya. Tahun itu memang masa peralihan dari NBL ke IBL.

Muma –sapaan Via oleh Dimaz– setuju pupa pensiun dari basket. Tapi ia minta Dimaz memikirkan pekerjaan setelah mundur dari basket. "Jangan sampai setelah mundur malah menganggur," kata Dimaz menirukan ucapan Via saat itu.

Sebenarnya beberapa bulan setelah kehilangan Qaqa Muharri, Via memutuskan bekerja lagi. "Aku bisa gila kalau tidak punya kesibukan. Teringat terus bayiku," kata Via. Perempuan kelahiran 17 Januari 1985 itu pun diterima sebagai staf HRD di Jawa Pos. Kebetulan manajer HRD Jawa Pos saat itu Masany Audry Gultom yang juga merangkap direktur PT DBL Indonesia. 

Banyak terobosan yang dibuat Via saat menjadi staf HRD di Jawa Pos. Mulai dari sistem rekrutmen karyawan yang lebih tertata hingga berbagai program pengembangan karyawan yang sebelumnya belum pernah ada di perusahaan yang bermarkas di Graha Pena itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: