Jalan Hidup Pelaku G30S TWK

Jalan Hidup Pelaku G30S TWK

Menurut Jokowi, polemik tes wawasan kebangsaan (TWK) di KPK sudah ada penanggung jawabnya, BKN. Apalagi, proses juga berlangsung di Mahkamah Agung (MA) dan Mahkamah Konstitusi (MK).

Presiden Jokowi: "Kalau itu kewenangan pejabat pembina, harusnya kan itu menjadi tanggung jawab mereka, dan saya kan nggak mungkin mengambil keputusan kalau proses hukum berjalan di MA dan di MK. Jangan semuanya ditarik-tarik ke presiden," kata Jokowi.

Kubayangkan, tim gagal itu kayak pemain ludruk. Di pementasan ludruk, ada lakon cerita kerajaan. Cak Kartolo berperan sebagai raja. Kirun dan Ning Tini jadi rakyat.

Kirun dan Tini selalu eker-ekeran. Persoalan sepele saja bisa membuat mereka gegeran. Masalah tanaman bisa membuat mereka cakar-cakaran. Dan, mereka selalu lapor ke Raja Kartolo. Padahal, ada banyak penggawa kerajaan yang semestinya bisa menangani problem tersebut.

Karena kesal, Kartolo mengeluh: "Sampeyan iki sembarang kalir lapor rojo. Nyalahno rojo, tok. Suwe-suwe aku dadi rojo, iso bungkuk goro-goro laporanmu."

Arek-arek iki pancen pekok.

Kini heboh TWK usai. Bagi orang yang tidak termasuk 56 orang itu, enteng saja mengatakan, usai. Tapi, bagi mereka yang diberhentikan, pastinya sedih.

Di antara 56 itu, ada Yudi Purnomo Harahap. Hari ini statusnya masih ketua wadah pegawai KPK. Per 30 September 2021 tidak lagi.

Di akun Twitter @yudiharahap46, Kamis (16/9), Yudi mengunggah, isinya sejenis curhatan. Bahwa sejak Rabu (15/9) malam, teman-teeman kerjanya di KPK sudah tahu soal surat pemberhentian 56 pegawai KPK.

Unggahan Yudi: "Dari semalam, WA dan telepon dari mereka (teman-teman) silih berganti." Mungkin isinya menguatkan hati Yudi. Tanda simpati.

Lalu, Kamis (16/9) pukul 05.30 Yudi sudah tiba di Gedung KPK. Yang setiap pagi, sejak 2007, ia kunjungi sebagai rutinitas kerja.

Yudi datang terlalu pagi, bukan mau ngantor. Bukan. Melainkan mengemasi barang-barang pribadi yang tersisa di meja kerjanya. Untuk dibawa pulang.

Unggahan Yudi: "Biasanya datang pagi karena ada OTT (operasi tangkap tangan) nangkap koruptor. Kini datang beresin meja kerja agar enggak ketemu banyak teman-teman pegawai. Enggak sanggup, lihat air mata berjatuhan... Atas suka duka kenangan memberantas korupsi belasan tahun ini."

Kuduga, ia menulis unggahannya sambil ”berjatuhan” itu. Enggak sanggup.

Tapi, Yudi atau Novel Baswedan atau yang lain tetap bisa berkarya di tempat lain. Dunia tak hanya selebar KPK, Bro.... (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: