Serial Dimaz Muharri (30): Roller Coaster Akio

Serial Dimaz Muharri (30): Roller Coaster Akio

Setahun lebih setelah kepergian Qaqa Muharri, Selvia Wetty –istri Dimaz Muharri– hamil lagi. Meski sebenarnya masih trauma, tapi gembiranya bukan main. Pasangan yang menikah pada 2013 itu memang sudah menantikan kehadiran anak.

---

TIDAK sia-sia Dimaz Muharri mundur sebagai pemain basket profesional di CLS Knights. Mereka menjadi sering bersama. Berangkat kerja bareng, Makan siang bareng, Pulang kerja juga bersama-sama. Maklum, kantor Dimaz dan Via–sapaan Selvia Wetty– berkantor di gedung yang sama, Graha Pena, Surabaya.

Kantor Dimaz, DBL Academy, di lantai 20 gedung. Tempat melatih di lantai 2. Sedangkan Via bekerja di lantai 4. Menjadi staf HRD di Jawa Pos. "Via itu memang trauma. Tapi dia selalu pengin kalau lihat orang hamil. Usia kami sudah lebih dari 30 tahun," kata Dimaz yang kemarin berulang tahun ke-36.

Pada April 2015, Via dan Dimaz kehilangan bayi. Qaqa Muharri. Tiba-tiba, menjelang bulan ke delapan bayi di perut Via tidak bergerak. Padahal biasanya aktif menendang-nendang. Setelah diperiksa, ternyata air ketuban Via kering. Bayinya juga terlalu kecil karena gagal menyerap asupan makanan dari ibunya. Akhirnya dikeluarkan dalam kondisi sudah meninggal.

AKIO setelah lahir langsung masuk inkubator. (Foto: Dokumentasi Dimaz Muharri)

Via terguncang hebat. Kejadian itulah yang mendorong Dimaz memutuskan berhenti dari CLS Knights. Padahal kontraknya masih sampai 2017. Dimaz bertekad mendampingi Via agar kembali memiliki semangat hidup. Berjuang lagi untuk mendapat anak.

Intensitas berdua yang tinggi itu membuat Via cepat hamil lagi. Pada Oktober 2016, Via diketahui berbadan dua. Antara panik dan senang. Via memeriksakan diri ke dokter kandungan seminggu sekali. Dokter Budi Prasetyo namanya. Dokter tersebut juga yang menangani Via pada dua kehamilan sebelumnya.

"Itu permintaan kami. Dan dokter mempersilakan saja kalau mau seminggu sekali," kata pebasket dengan tinggi 181 cm itu.

Awalnya semua berjalan normal. Bulan pertama hingga kelima semuanya baik-baik saja. Saat itu banyak yang bilang, masa terberat adalah bulan pertama hingga kelima. Setelah bulan keenam sudah kuat.

Justru di bulan keenam itu muncul masalah dalam kandungan Via. Situasinya mirip dengan setahun sebelumnya. Air ketuban kering dan bayinya tidak bisa menyerap asupan makanan dari ibunya. Via sempat opname di RSIA Kendangsari.

Suatu ketika dr Budi Prasetyo menyarankan Via menemui Prof Erry Gumilar D. Dokter itu adalah gurunya dr Budi Prasetyo. Menurut dr Budi, masalah di kandungan Via lebih baik ditangani Prof Erry.

Dimaz dan Via sudah cemas. Saat itu juga mereka pergi ke RS Mitra Keluarga Satelit untuk menemui Prof Erry. Saat memeriksa kandungan Via, Prf Eri begitu rileks. Ia memutar lagi-lagu lama tahun 1980-an. Hal itu membuat Dimaz dan Via lebih rileks.

Pada kontrol kelima, dr Erry memanggil Dimaz. Memberitahukan bahwa bayi di perut Via harus diangkat. Dimaz meminta dr Robert untuk menjamin keselamatan sang jabang bayi. "Itu Allah yang menentukan. Bukan saya. Kamu juga banyak berdoa ya," kata Prof Ferry ditirukan Dimaz.

DIMAZ MUHARRI menularkan bakat basket kepada Akio. (Foto Dokumentasi Dimaz Muharri)

Malam itu, Via tidur di UGD. Dimaz tidur di mobil. Baru besoknya, setelah Subuh, pukul 05.30, persiapan operasi dilakukan. Dimaz selalu menyemangati Via. Ia tidak mau menyampaikan kondisi yang sebenarnya kepada Via. "Cuma saya bilang bahwa bayi harus dikeluarkan," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: