Ajak Mahasiswa Ciptakan Bangunan yang Sehat
Selain itu, Susan dan UC telah mengajukan program ke Kedaireka. Yakni sebuah platform yang disediakan dan dikelola oleh Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi, Kemendikbud, dalam rangka penguatan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka.
Program yang diajukan melalui platform Kedaireka membuat dosen atau peneliti tak hanya bergerak secara satu arah saja. Mereka bisa menggandeng DUDI (Dunia Usaha Dunia Industri) untuk mengajukan proposal bersama. Jika disetujui, proposal tersebut akan mendapatkan pendanaan. UC akhirnya berkolaborasi dengan Green Building Council Indonesia (GBCI).
GBCI merupakan lembaga yang menyelenggarakan kegiatan sertifikasi bangunan hijau di Indonesia. Senada dengan program Susan yang terkait energi terbarukan dalam upaya memenuhi klasifikasi net zero building serta healthy building. Yakni sebuah bangunan yang penataannya mempertimbangkan aspek kesehatan penghuni.
Jika standar pemakaian listrik ditentukan dari IKE, maka standar healty building diukur dari ACH. Singkatan dari air change per hour. Selain penggunaan panel surya yang dapat mengurangi beban pemakaian listrik, bangunan yang sehat harus menyediakan banyak ruang terbuka dan sistem ventilasi yang baik.
Sebagai dosen, Susan wajib melaksanakan Tri Dharma Pendidikan. Yakni pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat. Ketiganya harus terintegrasi. ’’Apa yang saya teliti, saya ajarkan kepada mahasiswa. Kemudian untuk keterlibatan mahasiswa, saya ajak mereka melakukan penelitian, hingga berinteraksi langsung dengan DUDI,’’ rinci dia.
Rencananya, awal Oktober nanti Susan akan berkunjung ke GBCI pusat di Jakarta. Saat ini, Susan dan tim prodi arsitektur sedang merancang sebuah assesment tools berbasis website. Melalui assesment tools tersebut, seorang arsitek dapat menganalisa rancangan bangunannya. Termasuk analisa konsumsi daya listrik atau sejauh mana bangunan tersebut memiliki standar kesehatan.
Mengapa tidak membuat tools tersebut dalam sistem aplikasi di smartphone? ’’Arsitek tidak nyaman untuk melakukan pekerjaan di layar kecil. Butuh layar besar seperti PC. Makanya kami membuat assesment tools tersebut dalam bentuk website,’’ terangnya.
Di Jakarta, para mahasiswa diajak mengobservasi aplikasi panel tata surya di sekolah Ciputra. Juga mempelajari proses desain net zero building dan healthy building. Mereka juga akan bertemu dengan perwakilan di GBCI. Kemudian mempresentasikan assessment tools yang sudah dirancang bersama. Itu untuk melatih sisi enterpreneurship para mahasiswa.
’’Dari sudut pandang bisnis, mereka bisa membayangkan sedang berbicara atau mempresentasikan rancangan di hadapan klien,’’ jelas dia. Karena sudah menyentuh sisi enterpreneurship, tim yang dibawa Susan berisi mahasiswa lintas prodi. Dosen dan Prodi Arsitektur berkolaborasi dengan Informatika, dan Manajemen.
Penampilan modis dan sikap ramah membuat Susan lebih mudah dekat dengan mahasiswa. Sikap itu selaras dengan prinsip kampus yang membaur dalam kebersamaan. ’’Saat saya mengajar, misalnya, sering spontan keluar bahasa Suroboyoan. Tapi justru itu yang membuat mahasiswa menjadi lebih akrab. Mereka jadi berani bertanya dan berkonsultasi,’’ pungkasnya. (Retna Christa-Guruh Dimas)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: