Menjawab Tantangan Bisnis Keluarga

Menjawab Tantangan Bisnis Keluarga

MEMBANGUN bisnis keluarga itu gampang-gampang susah. Atau susah-susah gampang. Banyak yang tutup karena masalah keluarga. Persoalan itu dibahas Webinar Universitas Ciputra (UC) di acara Euphorade : Give and Rise. Ini merupakan kegiatan Family Business Community dalam rangka untuk merayakan berdirinya dan hari ulang tahun ke-15 Universitas Ciputra sekaligus ulang tahun ke-10 Family Business Community.  

Acara Euphorade: Give and Rise diikuti sekitar 12.500 peserta. Untuk Fambus Expo 3.0 yang merupakan bagian dari acara tersebut  melibatkan 100 tenant.

Managing Director of Ciputra Group Harun Hajadi menjadi pembicara pada UC webinar itu. Ia menjelaskan bagaimana Ciputra Group bertahan sampai tiga generasi. Harun mengatakan, dalam bisnis keluarga sering terjadi keruwetan. Agar keruwetan itu bisa dihindari, diperlukan pembuatan family konstitusi. Yakni sebuah aturan yang tegas untuk mengatur jalannya roda bisnis agar tetap di atas rel.

MANAGING Director of Ciputra Group Harun Hajadi menjadi pembicara di acara UC Webinar kemarin. (Foto: Dokumentasi UC) 

Aturan seperti ini memang perlu. Karena tidak jarang permusuhan terjadi antaranggota keluarga yang berebut posisi.

Lalu bagaimana cara membuat family konstitusi? Harun mengatakan, posisi anggota keluarga dalam konstitusi harus setara. Tidak boleh ada satu anggota yang mendominasi. ”Karena berbicara anggota keluarga, ya mereka semua yang mengambil keputusan. Tidak boleh sebagian anggota,” ujarnya.

Menurut Harun, konstitusi keluarga ini pasti dibutuhkan. Apalagi ketika anak yang mewarisi bisnis mulai beranjak dewasa. Kemudian mereka akan menikah dan mempunyai keluarga baru. Bahkan family konstitusi bisa mengatur sampai tingkat cucu.

”Dalam bisnis keluarga sering timbul kekhawatiran. Apakah bisa cucu ini mewarisi. Atau orang lain masuk jadi keluarga karena pernikahan. Nah apakah mereka layak menjalankan bisnis? Nah semua akan diatur dalam konstitusi itu,” ungkapnya.

Menurutnya konstitusi ini boleh direvisi. Namun, Harun menyarankan harus ada tenggang waktu yang cukup lama. Sehingga tidak tiap tahun merivisi aturan. Tapi minimal 5 tahun. Agar bisa dilihat perkembangan bisnis keluarga yang dimiliki.

Harun mencontohkan keluarga Ciputra. Keluarga ini, kini semakin banyak. Kesuksesan Ciputra Group karena keluarga menaati konstitusi yang ada.

KEKOMPAKAN dosen dan panitia Euporade: Gve and Rise. (Foto: Dokumentasi UC)

Ia mengatakan, anggota keluarga diberi saham dan pekerjaan yang sama. Semisal A diberi tanggung jawab mengurus holding company. Si B juga mendapat holding company. Tapi ketika salah satu holding itu tidak berkembang dengan baik, maka anggota keluarga akan saling support. ”Karena saham mereka sama. jadi kalau ada yang tidak jalan, orang lain ikut merasa memiliki. Nah di sini kuncinya. Jadi tidak saling menyalahkan,” ujarnya.

Selain itu, yang terpenting dari bisnis juga terletak pada brand. Apa yang membuat Ciputra bertahan? Brand tersebut dijaga oleh keluarga Ciputra sampai sekarang. Awalnya memang merupakan nama seorang Ayah. Tapi kini nama itu dikenal sebagai brand properti.

Pentingnya brand dijaga untuk mempermudah memberikan kepercayaan bagi publik. Seperti Ciputra Life Insurance bisa berkembang karena konsumen percaya kepada brand Ciputra.  Misalnya, ketika pandemi, Ciputra masih bisa meng-cover klaim nasabah yang terpapar Covid-19.

Integrity profesionalisme entrepreneurship yang menjadi slogan Ciputra menjadi pedoman. Saat itu, Ciputra berpikir cukup lama agar menemukan slogan itu. Harun menceritakan bahwa integritas dalam bisnis sangat vital.

FAMBUS Expo 3.0, diikuti 100 tenant. (Foto: Dokumentasi UC)

Acara itu juga menghadirkan Tinara Tjandra Dewi. Founder dan CEO Tinara Brides. Tinara tampil bersama anaknyi, Amelia Kartikasari yang menjadi Head Designer dan COO Tinara Brides. Tinara mengatakan, anaknyi itu kini sudah menjadi penerus dari bisnis yang dibangunnyi itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: