Menkes Pakai Pool Test Ala dr Andani

Menkes Pakai Pool Test Ala dr Andani

INILAH saat yang tepat untuk memakai metode pool test PCR ala dr Andani Eka Putra ke seluruh wilayah Indonesia. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) bakal menerapkannya ke semua siswa dan guru yang ikut pembelajaran tatap muka (PTM).

Targetnya 1,7 juta swab per bulan di 520.753 sekolah. Di dalamnya ada 68.593.640 peserta didik serta 5.237.537 guru dan pegawai.

Metode pool test sukses dilakukan di Sumatera Barat.  Kepala Laboratorium Universitas Andalas Padang itu mengampanyekan bahwa rapid test tidak efektif. Seluruh daerah diharapkan beralih ke pool test PCR yang lebih akurat. Dengan metode itu ongkos PCR bisa ditekan. ”Sampai 70 persen,” kata dr Andani kepada Harian Disway, kemarin (28/9).

Kemenkes harus menyediakan anggaran Rp 515,5 miliar jika tes dilakukan secara individual. Sementara metode pool test cuma butuh Rp 154,6 miliar.

Sudah banyak yang tahu metode pool test itu. Setiap lima sampel dijadikan satu dalam satu tabung lalu dites. Jika ada tabung yang positif maka tenaga lab akan mencari sampel mana yang positif.


SIMULASI Pembelajaran Tatap Muka di SD Airlangga 1 Surabaya (Foto: Eko Suswantoro-Harian Disway)

Cuma tidak semua daerah sudah menerapkannya. Surabaya sudah bisa melakukannya. Tahun lalu dokter Andani dan tim dari Universitas Andalas menularkan ilmunya ke tim laboratorium Pemkot Surabaya. Maka lahirlah Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) di Gayungsari dengan kemampuan uji 4 ribu sampel per hari.

Metode pool test itu juga bisa meningkatkan kapasitas laboratorium berkali-kali lipat. Laboratorium Universitas Andalas yang awalnya hanya bisa mengetes 200 sampel, bisa meningkat hingga 1.570 sampel per hari. Bahkan, pada September tahun lalu kapasitasnya sudah mencapai 5 ribu sampel per hari.

Masalahnya, apakah semua daerah bisa melakukan metode itu? Dokter Andani sangat yakin tenaga laboratorium di semua daerah bisa menyesuaikan diri dengan cepat. ”Sebenarnya ini sangat mudah. Tenaga laborat pasti bisa,” ujar tenaga ahli Kementerian Kesehatan itu.

Metode ini hanya bisa dilakukan saat angka positivity rate (PR) rendah. Saat ini angka PR secara nasional sudah di bawah 2 persen. Artinya dari 100 orang yang dites hanya 2 orang yang positif. “Kalau kasusnya tinggi seperti Juli nggak cocok pakai pool test. Tesnya harus individu,” lanjut alumnus Universitas Andalas angkatan 1998 itu.

Swab massal di Surabaya sudah dilakukan sejak Jumat (24/9). Masih pakai duit APBD karena ide dari pusat itu baru muncul belakangan. Tekniknya pun masih tes individu. Sebanyak 2.882 siswa berhasil dites selama dua hari.

Ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMP Swasta Surabaya Erwin Darmogo kebagian jadwal hari kedua. Kepala SMP YBPK 1 Surabaya itu didatangi tim swab dari puskesmas Senin (27/9). “Semua sehat. Tidak ada yang positif,” kata Erwin.

Swab ternyata tidak menyasar ke seluruh guru dan murid seperti rencana awal. Tenaga kesehatan puskesmas ternyata hanya mengambil 20 sampel per sekolah: 8 siswa dan 12 guru. Jika pakai metode pool test, pengambilan sampel bisa lebih banyak.  (Salman Muhiddin)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: