PTM SMP Surabaya Dihentikan Sementara
SUDAH sebulan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) untuk jenjang SMP dilaksanakan. Namun mulai Kamis (30/9), pembelajaran tersebut dihentikan sementara. Bertepatan dengan pernyataan Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi yang mengatakan ada satu siswa yang dinyatakan positif Covid-19. Namun siswa SD. Bukan siswa SMP.
Hasil ini berdasarkan hasil tes swab secara acak. Namun setelah ditelusuri, siswa tersebut berasal dari luar kota. Serta baru pertama kali mengikuti PTM. ”Jadi ini bukan siswa yang sudah melaksanakan PTM ya. Ini dari luar kota,” ujar ayah dua anak itu.
Pemkot Surabaya memang sedang menggencarkan testing dan tracing untuk siswa. Kegiatan ini mulai dilakukan Senin lalu. Sehingga pelaksanaan PTM bisa lebih terkontrol.
Eri meminta kepada wali murid agar lebih waspada. Serta mau ikut berpartisipasi dalam menjaga anak-anaknya. ”Jadi sama-sama menjaga antara wali murid dengan gurunya. Kalau memang kita mau terus melakukan PTM,” katanya
Dispendik Surabaya juga membantah adanya kluster sekolah. Apalagi ketika PTM sedang berlangsung. Pelaksana Tugas (Plt) Kabid Sekolah Menengah Dispendik Surabaya Tri Aji Nugroho mengatakan tidak ada kaitannya antara pemberhentian PTM dengan siswa SD yang terpapar Covid-19 itu.
Aji mengatakan PTM bukan dihentikan permanen. Melainkan dihentikan sementara karena persiapan asesmen nasional berbasis komputer (ANBK). Sehingga pembelajaran sementara kembali dilakukan secara daring.
”Ini dalam rangka sterilisasi tempat. Serta persiapan sarana prasarana (sarpras) serta persiapan administrasi. Supaya lancar, makanya dilakukan pembelajaran daring,” ujar Aji.
Aji menjelaskan PTM akan dilakukan kembali pada hari Senin (11/10). Aturan PTM juga sama, yakni 25 persen dari kapasitas kelas. Sedangkan untuk ANBK, Dispendik sudah melakukan asesmen. ”Semua sekolah sudah aman dan siap menjalankan prokes,” ujarnya.
ANBK merupakan program yang dicetuskan kemendikbud pada tahun lalu. Program ini pengganti ujian nasional berbasis komputer (UNBK). Bedanya, nilai ANBK bukan menjadi syarat kelulusan. Melainkan cara Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (kemendikbud) untuk mengukur kualitas sekolah.
Seharusnya ANBK dilaksanakan pada Februari lalu. Sayangnya banyak sekolah yang belum siap dan kasus Covid masih tinggi. Tes tersebut bakal diikuti oleh siswa kelas 5, 8, dan 11. Tapi hanya 35 siswa dari tiap jenjang yang bakal mengikutinya. Serta dilaksanakan secara langsung di sekolah.
ANBK bakal menggunakan dua sistem. Yakni semi daring dan full daring. Sistem semi daring dilakukan menggunakan server sekolah. Sedangkan daring akan menggunakan server dari Kemendikbud. Keduanya memiliki keunggulan dan kelemahan. Untuk sistem daring, kemungkinan server bakal lemot. Sebab bakal diakses seluruh sekolah di Indonesia.
Sedangkan semi daring, sekolah bisa mengunduh soal lebih dulu. Sebelum ditampilkan di komputer siswa. Sedangkan pemilihan daring maupun semi daring tergantung kebijakan dari sekolah masing-masing.
SISWA SMPN 6 Surabaya melaksanakan pembelajaran tatap muka pada 6 September lalu. (Foto: Eko Suswantoro-Harian Disway)
Ketua Musyawarah Kerja Kepala SMP Swasta Erwin Darmogo mengatakan bahwa sebelum ANBK siswa diwajibkan swab antigen lebih dulu. Tujuannya untuk memastikan siswa tersebut tidak terpapar covid-19.
Lalu bagaimana bila ada salah satu siswa yang terpapar covid-19? Erwin mengatakan akan memulangkan siswa tersebut. Selain itu, sekolah juga sudah diminta menyiapkan siswa cadangan. Gunanya sebagai pengganti siswa yang tidak bisa ikut ujian karena positif covid-19. Sedangkan untuk swab sendiri, Erwin mengatakan akan bekerja sama dengan puskesmas setempat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: