Mendongeng Dulu sebelum Vaksin Polio di Rotary Club

Mendongeng Dulu sebelum Vaksin Polio di Rotary Club

FITRIA Isna sedang menggendong buah hatinyi. Ini pertama kalinya dia mengikutsertakan anaknyi vaksinasi. Maklum itu anak pertamanyi. Umur anak Fitria baru satu bulan. Oleh sebab itu, dia belum pernah memberikan vaksinasi kepada anaknyi.

Tentu, yang diberikan bukan vaksin untuk Covid-19. Melainkan vaksin polio. Penyelenggara acara di RS Gotong Royong, Surabaya, itu adalah Rotary Club.

Fitria mendapat nomor antrean ketiga. Dia senang anaknyi bisa mendapat vaksin polio tanpa harus mengantre panjang. ”Menurut saya, ikut vaksin di sini lebih enak daripada di puskesmas,” terang warga Menur itu.

Berbeda dengan Suharti. Dia membawa anak ketiganya yang baru berumur 3 bulan. Jarak antaranak kedua dan anak ketiganyi sangat berjauhan: sepuluh tahun. Oleh karena itu dia sudah cukup berpengalaman mengantarkan anak vaksin polio. ”Dapat bingkisan pula,” kelakar warga Kedung Tomas itu.

Vaksinasi polio yang diselenggarakan Rotary Club tidak hanya diikuti oleh bayi di bawah tiga tahun (batita). Anak-anak berusia 4 tahun juga ada yang ikut. Untuk memeriahkan. Tidak divaksin.

Setelah selesai vaksinasi, datang seorang pendongeng. Ia bernama Harris Rizky. Di tangan kanannya terdapat sebuah boneka yang bernama Ayiz. ”Pada hari Minggu kuturut ayah ke kota,” katanya saat membuka pertunjukan dongeng.

Seketika suasana berubah menjadi ramai. Anak-anak sangat senang menyambut kedatangan Harris. Tidak lama kemudian ia mendatangi salah satu anak. Tangan kanan yang memegang Ayiz disodorkan ke anak tersebut. Kemudian mereka bercakap-cakap.

Ketika itu Harris meminta si anak agar menjaga kesehatan. ”Kalau akit, anti disuntik loh,” kata laki-laki 38 tahun itu.

Kemudian Harris kembali menyanyikan lagu berjudul Abang Tukang Bakso. Anak-anak yang tahu lagu itu, lantas bernyanyi bersama. Setelah bernyanyi, kini giliran boneka Ayiz yang berbicara. Dia meminta anak-anak tidak jajan sembarangan. Sebab makanan yang dibeli belum tentu sehat.

Menurut Harris, mendongeng punya keunikan sendiri. Anak yang melihat dan mendengarkan dongeng akan punya daya imajinasi yang lebih baik dibanding mereka yang menonton film.

Dongeng juga membentuk interaksi dengan anak. ”Contohnya ketika saya menyodorkan Ayiz ke salah satu anak tadi. Anak itu lantas tersenyum. Berarti ada interaksi yang terjadi di situ. Pada film kan tidak ada interaksi,” kata alumnus Universitas Negeri Surabaya (Unesa) itu.

Isi dongeng itu masih ada kolerasinya dengan polio. Harris hendak menyampaikan, percuma anak divaksin bila mereka tetap tidak menjaga kesehatan. Toh ujung-ujungnya anak bisa sakit. Meskipun bukan sakit karena polio.


PROSES VASKSINASI yang diselenggarakan di RS Gotong Royong kemarin.
(Foto: EKO SUSWANTORO-HARIAN DISWAY)

Sementara itu, Presiden Club Rotary Kaliasin Dwi Santy Rahayu Ningsih mengatakan bahwa acara vaksinasi itu digelar guna menyambut hari polio dunia, 24 Oktober.

Sedangkan dongeng digunakan untuk mengenalkan polio kepada anak sejak dini. Meskipun Santy tahu sendiri bahwa tidak mudah mengedukasi anak. ”Tapi setidaknya orang tua yang hadir bisa mengerti dan turut serta mengedukasi anak,” ujarnyi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: