Kekuatan setelah Ketakutan
Pun pengalaman-pengalaman yang dekat dengan keseharian yang berelasi kuat dengan isu lingkungan hidup, sosial politik dan kesetaraan, disenggolnya. Dari karyanya, terlihat proses kreatif yang menjadi laku spiritual Tere untuk bertahan menghadapi situasi-situasi pelik dalam hidupnya. Lantas menjadi refleksi bagi banyak orang ketika menghadapi ketidakberdayaan yang sama.
Lewat Mendarat di Pikirku, dosen di Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta itu menuangkan perasaannya ke dalam tulisan. Teks aku dan wedi dia guratkan secara spontan. Tere tampak menuangkan apa saja yang kerap hinggap di pikirannya. Sebut saja ameen, memorable, seperti domba, guwatel, ketakutan itu selalu, matur suwun, atau ku sebut nama-Mu.
”Menghitung yang Tak Terhitung”, charchoal on paper, 438x70 cm, 2021, yang menunjukkan betapa besarnya rasa syukur itu sampai tak terhingga. (Sangkring Art Project untuk Harian Disway)
Satu lagi karya yang masuk kategori paling personal itu adalah Menghitung yang Tak Terhitung. Di buat di atas kertas berukuran 350x75 cm sebanyak dua lembar. Di menempatkannya berdampingan dalam satu tembok. Tere secara repetitif membuat garis menggunakan charchoal di atas kertas itu. Terdapat bermacam garis dengan ketebalan serta panjang berbeda-beda.
Karya itu, mewakili rasa syukurnya. Betapa banyak nikmat Tuhan yang tak terhitung jumlahnya. ”Banyak kenikmatan itu bila tidak seberapa bila dibandingkan dengan macam-macam masalah yang kita hadapi,” ungkap perupa yang dikenal berani melakukan eksplorasi pada penguasaan teknik, material, dan presentasi karya.
Theresia Agustina Sitompul (kiri) bersama kawannya di depan ”Tik…Tok…Tik…Tok” yang dibuat dalam 40 panel. Menampung besaran titik-titik melingkar yang kronologis dari kecil hingga besar. (Sangkring Art Project untuk Harian Disway)
Perasaan syukur itu dijelaskan lagi dalam Tik…Tok…Tik…Tok. Nuansa yang ditampilkan masih bentuk repetitif. Terdiri dari 40 panel yang berisi titik-titik berbagai ukuran. Mulai dari yang paling kecil sampai jadi besar.
”Meskipun merasa kalut, saya tetap bersyukur kepada Tuhan atas apa yang sudah dianugerahkan kepada saya. Ucapan syukur itu tidak akan pernah bisa dihitung. Karena nikmat Tuhan itu sangatlah banyak. Karena kita sebagai manusia harus selama-lamanya seperti itu,” jelas Tere.
Maka doa menjadi sumber kekuatan. Pada hari-hari seperti ini dalam situasi yang tidak menentu, telah mendorong manusia untuk meminta pada kekuatan di luar dirinya agar diberikan ketenangan dan kekuatan menghadapai krisis. Ia-lah doa. Inilah Doa, sebuah bentuk doa-doa Tere itu.
Dengan Doa, kita sebagai manusia menyadari keterbatasan dan kelemahan. Di sisi yang lain kita sedang berkomunikasi dan menghadirkan diri kita secara jujur kepada yang memiliki kendali atas hidup manusia. Dalam doa ada segenggam harapan untuk masa depan yang lebih baik.
Apa doa Anda hari ini? (Heti Palestina Yunani-Ajib Syahrian)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: