Kekuatan setelah Ketakutan

Kekuatan setelah Ketakutan

Ini tentang perubahan dalam hidup. Ketidaktahuan atas apa yang dibawa dalam perubahan itu membuat manusia takut menghadapinya. Jadilah pameran tunggal Doa yang digelar Theresia Agustina Sitompul di Sangkring Art Project, Bantul, hingga 12 Oktober.

Tentu Tere punya rasa takut. Dia mengakui itu. Apalagi kalau bukan karena pandemi. Bayangkan, dia dan suami, Iqi Qoror, sama-sama berprofesi sebagai seniman. Selama masa yang tak pernah diduga siapa pun itu, keduanya harus berjuang lebih keras lagi hanya agar bisa bertahan hidup.

Theresia Agustina Sitompul menjelaskan karyanya kepada pengunjung pameran tentang makna ”Memohon 02”. (Sangkring Art Project untuk Harian Disway)

Perasaan takut itu semakin dalam ketika dihadapkan dengan kehamilan anak keduanya yang kemudian diberi nama Uri Jawa Sae. Terpaut 13 tahun pula dari anak pertamanya, Blora Frida Margareta yang lahir dari pernikahannya dengan seniman almarhum S Teddy Darmawan.

Mendapat kabar akan memiliki anak lagi, Tere tentu bersyukur. Itu anugerah bagi pasangan suami-istri mana pun. Apalagi kalau sudah dicita-citakan selama belasan tahun. ”Tapi sekalinya Tuhan memberi anugerah, momennya bertepatan dengan gejolak Covid-19 yang begitu luar biasa,” terangnya.

Kondisi normal saja butuh banyak sekali tindakan khusus demi kesehatan ibu dan kandungan, apalagi kalau keadaan masih serba tidak pasti. ”Maklum ya. Saya dinyatakan positif hamil ketika pandemi lagi ramai-ramainya. Kondisi tahun lalu kan  terbilang penuh risiko,” katanya.

Banyak ketakutan muncul terutama masalah kesehatan. Bagaimana kalau terpapar virus? Kalau jabang bayi terkena juga? Apalagi pada 5 Agustus 2021, usia Tere 40 tahun. Kategori usia berisiko. Kemungkinan tidak selamat baik ibu dan anak saat melahirkan semakin besar. Kalaupun semua proses berjalan lancar, bisa saja ada masalah kesehatan lanjutan.

Hal itu disadari betul oleh Tere dan suami. Keduanya memikirkan banyak kemungkinan terburuk. Mulai dari kematian, keselamatan, perkataan orang di sekitarnya, dan sampai peringatan-peringatan yang dilontarkan. Butuh usaha keras pula agar keduanya dapat berpikir positif demi menjaga kedamaian batin. Sekaligus demi keselamatan jabang bayi.

Dengan berbagai dinamika hidup yang kecamuk itu, Tere menganggap Doa yang menjadi program Single Fighter #5 Sangkring Art Project itu paling personal. ”Perasaan takut itu makin menyerang ketika mendekati hari kelahiran Uri. Pikiran dan harapan saya selama mengandung hingga melahirkan itulah jadi pameran tunggal ini,” ungkapnya.

Dengan menggunakan teknik drypoint di atas plat galvalum, Tere mengekspresikan suatu spiritual yang menjadi bagian dari pengalaman hidupnya dalam 40 karya. Ia menggunakan berbagai macam medium mulai dari kertas, galvalum hingga besi-besi.  Berbentuk guratan grafir di atas media berwarna putih. Mayoritas bermedia kertas. Beberapa berupa teks.

Tere yang dikenal sebagai seniman grafis juga memberikan sesuatu yang baru. Seperti dalam karya dua dimensi dan instalasi. Untuk Doa, Tere melakukan proses kreatif yang eksploratif hasil kontemplasi serta berdamai dengan rasa takutnya. Proses meditasi itulah yang memberikannya ilham. ”Dalam ketakutan, ada satu hal yang terus saya lakukan: berdoa kepada Tuhan,” ungkapnya.

Di tengah kegalauan, Tere memang menyerahkan semuanya kepada-Nya. Memohon agar diberi kelancaran serta keselamatan. Perasaan itu ada dalam Memohon 03. Terdiri atas beberapa lembar galvalume yang diberi goresan garis sederhana. Membentuk sosok ibu berjubah yang menangkupkan kedua tangan. Mengenggam erat kain selayaknya orang berdoa.

Dari karya ini saja, terlihat betapa Tere terbuka dengan apa yang dirasakan. Malah mungkin terasa lebih intim karena yang dia bagikan bukan hanya pemikiran. Melainkan sebuah ketakutan manusiawi. Bentuk bagian dari dalam tubuh yang rapuh. Tidak semua orang bisa dan mau membagikannya dengan bermacam alasan.

Sejumlah karya yang memuat berbagai teks-teks spontan di pikiran Theresia Agustina Sitompul. Di antaranya berjudul ”Mendarat di Pikirku”, ”Di Awal dan Di Akhir”, dan “Yang Hilang”. (Sangkring Art Project untuk Harian Disway)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: