Bodoh

Bodoh

Namun, AS juga mengalami kecelakaan sejarah dengan memilih presiden yang tidak pintar. George Bush junior masuk kategori itu. Ia sendiri mengakui bahwa dirinya bukan bagian dari episteme intelektual. George Bush junior pun sering menjadi sasaran kritik karena dianggap bodoh.

Tapi, buktinya, George Bush bisa memenangi kursi kepresidenan dua kali dan menjadi presiden dua periode. Capaian itu melebihi prestasi bapaknya, George H. Bush yang hanya menjadi presiden satu periode. AS juga punya presiden sejenis Donald Trump. Itulah AS. Itulah ”American dream”, mimpi Amerika. Siapa saja bisa menjadi apa saja yang diinginkan dan diimpikannya.

Para bapak bangsa Indonesia, the founding fathers, Bung Karno, Bung Hatta, Sutan Sjahrir, Muhammad Natsir, HOS Tjokroaminoto, dan lain-lain, adalah tokoh politik cum intelektual kelas wahid. Referensi mereka terhadap khazanah pemikiran modern dan klasik sangat luas. Karena itu, pidato dan tulisan-tulisan mereka sangat berbobot dan mencerahkan.

Kita punya presiden cendekia seperti Gus Dur. Kita juga punya presiden genius seperti Habibie. Kita juga punya presiden jenderal-intelektual seperti SBY. Tapi, kita juga pernah punya presiden seperti Pak Harto. Tidak ada seorang pun yang mau menyebut Pak Harto sebagai intelektual. Sebuah joke politik Orde Baru menyebutnya sebagai ”Jabotabek”, Jawa, bodoh, tapi beken. Ternyata ia bisa berkuasa 32 tahun.

Kita juga harus ikhlas menerima presiden seperti Megawati Soekarnoputri yang tidak bisa diukur kapasitas intelektualnya karena jarang bicara. Karena itu pula, Fadli Zon harus menerima kenyataan sejarah punya pemimpin yang plonga-plongo.

Dan, kalau nanti pada 2024 ternyata terpilih seorang ”presiden bodoh”, apa boleh buat? (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: