Maju Terinspirasi Ayah

Maju Terinspirasi Ayah

Audisi Koko Cici (Koci) Jawa Timur 2021 telah dilaksanakan 17 Oktober. Mereka adalah anak-anak muda yang ingin menjadi bagian dari pelestarian budaya Tionghoa. Latar belakang bermacam-macam membuat sesi awal itu jadi menarik untuk disimak.

Dimulai dengan Aloysius Thomas Triputra. Seorang mahasiswa jurusan Desain Komunikasi Visual (DKV) yang juga menyibukkan diri dengan bergabung ke dalam Unit Aktivitas Mahasiswa Jurnalistik. Ia mendapat nomor urut 14.

”Saya sudah tahu Koci sejak tahun lalu. Tapi memang belum berani join. Saat wawancara saya merasa panik dan kurang tenang. Meskipun begitu, saya punya tujuan mengikuti Koci,” katanya.

Thomas mengatakan sudah mendapatkan pelajaran berharga. Yaitu memaksakan diri agar bisa tenang kala berbicara di depan umum. Ini adalah kali pertama ia ikut ajang perwakilan budaya. Sehingga pengalaman baru tersebut dapat memberikan dampak positif secara personal ke depan.

Sandra Sasmita merupakan peserta lain yang turut berpartisipasi. Perempuan 18 tahun itu terdaftar sebagai mahasiswa jurusan Hukum Universitas Katolik Darma Cendika.

Ia tertarik ikut karena merasa punya passion di ajang yang kurang lebih sama seperti kompetisi kecantikan. ”Saya merasa nyaman kalau ikut kompetisi seperti ini. Dunia yang bikin saya terdorong untuk terus belajar," sebutnya.

Perempuan berambut panjang itu ternyata sudah tidak asing dengan berkompetisi. Mengikuti beberapa ajang sejak SMP dengan dukungan penuh keluarga. Sandra terdorong berpartisipasi untuk membanggakan nenek. Dirinya berharap terbaik dalam partisipasi sehingga bisa menambah pengalaman berharga bagi perjalanan karirnya.

William Cristopher turut bersemangat seperti Sandra dan Thomas. Ia merupakan mahasiswa Universitas Katolik Widya Mandala. Ketertarikan akan Koci muncul setelah melihat di akun Instagram.

”Ingin mengisi masa muda dengan kegiatan positif. Serta berharap bisa menambah kontribusi dalam pengenalan budaya Tionghoa. Saya terinspirasi dari ayah saya. Beliau pengidap kanker tapi punya kemauan besar untuk bertahan dan bersemangat tinggi,” sebutnya.

William mengaku grogi dan tegang saat sesi wawancara. Tapi, dari sana ia belajar untuk tetap tenang dengan cara mengatur napas dan kepala dingin.

Koci Jatim terbukti dapat menarik perhatian remaja tidak hanya dari Surabaya. Hal itu dibuktikan dengan partisipasi Paulina Cornelia Chandra. Dara kelahiran Jember tapi tinggal di Jember. Ia mahasiswa Sastra Mandarin di Jinan University, Guangzou, Tiongkok. Sebelumnya sempat beralmamater di Beijing Chinese Language and Culture College.

”Jujur sempat ada rasa minder kalau melihat peserta lain yang ternyata punya banyak bakat dan kelebihan. Meski teman-teman selalu mendorong saya ikut Koci karena mereka merasa saya punya potensi. Perasaan ini harus diantisipasi,” tukas Paulina.

Sesi wawancara menjadi momen paling diingat. Paulina mengatakan berusaha sekuat tenaga untuk mengontrol diri. Ia sekaligus berharap keikutsertaan di Koci demi membanggakan mama, sebagai sosok paling berperan dalam kehidupannya.

Lely Frestiana sebagai salah satu juri mengapresiasi peserta yang bukan dari kalangan Tionghoa. Salah satunya Zahra Jasmine. Ia merupakan perempuan beretnis Jawa dan punya passion dengan budaya Tionghoa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: