Kunci Kehidupan itu adalah Solidaritas

Kunci Kehidupan itu adalah Solidaritas

Pada lebaran dan natal, para waria di Al-Fatah juga merayakan bersama. Saat Lebaran, bingkisan dibagi untuk semua anggota. Bedanya, jika natal memang tidak semua waria dapat ikut. Umumnya acara natal diadakan langsung di gereja.


Tinu, salah seorang waria yang aktif berkegiatan di Yogyakarta.
(Foto: Jessica Ester untuk Harian Disway)

Komunitas waria di Yogyakarta
Kehidupan waria di Yogyakarta begitu terorganisasi. Komunitas-komunitas dibentuk untuk menjadi tempat berlindung dan belajar para waria. Tujuannya sama, untuk menyejahterakan para waria di Kota Budaya itu.

Masalah kesehatan, seperti HIV/AIDS ditangani Keluarga Besar Yaria Yogyakarta (Kebaya). Bidang advokasi dan olahraga menjadi bagian dari Ikatan Waria Yogyakarta (Iwayo). Kesenian, peningkatan skill, dan aktivitas keagamaan adalah ranah Al-Fatah. 

“Kami mengjangkau transpuan untuk menurunkan kerentanan mereka (terhadap penyakit). Terutama transpuan pekerja seks, supaya membatasi transmisi virus HIV,” jelas Rully Malay, ketika saya mengunjungi Yayasan Kebaya di Gowongan, Yogyakarta.

Para waria berharap dengan komunitas-komunitas ini, waria di Yogyakarta tidak ada yang telantar. Maka, dibentuk pula Waria Crisis Centre (WCC), yang diketuai Rully, untuk mengurus para waria yang tidak mempunyai saudara atau yang sedang dalam keadaan darurat.

Jika ada waria yang bermasalah dengan keluarganya atau diusir penduduk sekitar, barulah family support group yang diketuai Ayu Kusuma mengambil alih. 

Ide mulia itu semua datang dari Al-Fatah. 

Pada 2019, Al-Fatah mendapat penghargaan sebagai Front Line Defenders Award for Human Rights Defenders At Risk. Penghargaan itu dianugerahkan bagi Al-Fatah sebagai wujud pengakuan atas perjuangan mereka untuk hak-hak LGBTI+ di Indonesia. Juga akibat keberanian Al-Fatah dalam menuntut diakhirinya kekerasan, penangkapan, dan pelecehan yang dialami ketika membela hak komunitas mereka.

Menurut Shinta, AL-Fatah bisa mencapai prestasi itu karena ketika menghadapi musibah, Al-Fatah malah semakin berkembang. Seperti ketika digeruduk FJI. Al-Fatah masih eksis dan berdiri kukuh hingga sekarang. “Ini juga menjadi inspirasi bagi orang lain,” tutur Shinta bangga.

“Kami (pengurus komunitas, Red) hanya sebagai tangan yang bisa berhubungan dengan pemerintah, akademisi, stakeholder, tokoh-tokoh agama. Yang di belakang kami (para anggota, Red) adalah yang kami urus,” tambahnya. (Jessica Ester)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: