Hanya Tersisa di SMAN 7 dan SMAN 21 

Hanya Tersisa di SMAN 7 dan SMAN 21 

Menurutnya, masa depan tidak ditentukan oleh jurusan. Justru ada banyak peluang yang bisa mereka dapatkan dari jurusan bahasa. Selain menguasai bahasa asing, saingan mereka tidak banyak. Lulusan SMA mayoritas diisi jurusan IPA dan IPS. “Anak bahasa banyak yang lanjut kuliah sastra, atau hubungan internasional. Bisa juga ambil beasiswa ke Jepang,” lanjut pria asal Ponorogo itu.

Selain SMAN 7, SMAN 21 juta masih memiliki jurusan bahasa. Dari website sekolah tersebut, mereka memiliki guru Bahasa Indonesia, Daerah, Jepang dan Jerman. 

 Lalu bagaimana dengan SMA swasta. Muhammadiyah yang memiliki 10 SMA di Surabaya ternyata juga mengalami hal serupa. “Yang ada peminatan bahasa hanya di SMA Muhammadiyah 2 Surabaya,” ujar Sekretaris Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Surabaya Arif An.

Sistem yang berlaku di swasta sama dengan negeri. Jika peminat jurusan bahasa kurang dari 20 orang, maka jurusan bahasa tidak dibuka.

Dosen Senior Sastra Inggris Universitas Negeri Surabaya Much. Khoiri melihat jurusan bahasa terancam oleh kebutuhan zaman. Para milenial bisa menguasai bahasa dengan mengambil kursus atau belajar dari YouTube. ”Sekarang tidak harus jadi sarjana untuk menguasai bahasa,” kata pria yang sudah menulis 65 buku itu.

Yang terancam bukan hanya jurusan bahasa di jenjang SMA. Jurusan bahasa di universitas juga sama terancamnya. Khoiri melihat fenomena itu sebagai hal yang wajar.

Menurutnya bahasa adalah hal yang wajib dikuasai sebagai kemampuan sekunder. Sementara kemampuan utamanya bisa ditempuh di universitas. “Sekarang dokter sudah mahir berbahasa asing. Ahli-ahli lain juga begitu. Itu riil,” katanya. (Salman Muhiddin)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: