Asyiknya Menelusuri Kawasan Heritage Lawang

Asyiknya Menelusuri Kawasan Heritage Lawang

Dalam perjalanan, kami melewati pasar dan menemukan sebuah bangunan kuno. Kondisinya masih bagus. Namun bagian depannya tertutup tembok tebal. Terdapat bedeng-bedeng dari kayu yang dipakai untuk menumpuk karung-karung dagangan warga sekitar. Aku sempat memotret bagian depan dan sampingnya. Sayang, tak banyak informasi yang bisa kami dapat mengenai sejarah bangunan tersebut. Dilihat dari arsitekturnya, kemungkinan milik warga kolonial elite di masa lalu.

Perjalanan berlanjut. Melewati bangunan RSJ Sumberporong. Dulu RSJ tersebut pernah jadi markas tentara Belanda saat periode perang kemerdekaan. Aku dan kawan-kawan lantas berhenti di halaman gereja Tahun Rohani, di Jalan Sumber Wuni. Suasana lumayan ramai. Sepertinya akan ada misa. Jadi kami tak sempat berlama-lama.

Perjalanan berlanjut ke Hotel Niagara di Jalan Dr. Sutomo, Krajan. Hotel tertua di Malang itu terkenal karena kesan angkernya. Dari jauh, bangunannya sudah terlihat. Berdiri gagah dengan dinding berwarna merah. Namun, begitu masuk, kesan angker langsung hilang. Benar-benar tidak seseram kata orang-orang.

KOMUNITAS Malang Walk Heritage di depan Hotel Niagara yang klasik. 

Hotel tersebut sangat klasik, teduh dan nyaman. Konon, pembangunan hotel tersebut berlangsung selama 15 tahun. Sejak 1903-1918. Arsiteknya bernama Fritz Joseph Pinedo.

Awalnya digunakan sebagai villa pribadi oleh konglomerat Tionghoa bernama Liem Sian Jo. Kemudian berpindah ke tangan Ong Kie Tjay, pengusaha asal Surabaya. Kini Hotel Niagara dikelola oleh ahli waris Ong Kie Tjay.

Di dalam hotel terdapat lift yang tak berfungsi. Kuno banget, memang. Dipertahakan sebagai dekorasi saja. Untuk menguatkan kesan klasik. Satu lagi keunikannya adalah marmer. Tiap sudut hotel dipasangi marmer yang berbeda motif. Kebetulan di komunitas kami, ada yang berprofesi sebagai arsitek. Ia bilang, marmer tersebut didatangkan dari Yunani oleh Fritz. Kualitasnya awet.

SALAH SATU lorong di Hotel Niagara yang sangat terasa kesan kunonya. Terkenal angker, penulis sama sekali tidak merasakan tanda-tanda menyeramkan di sana.

KAMAR di Hotel Niagara di Jalan Dr Sutomo, Lawang. Kesan klasiknya sangat terasa, dengan langit-langit tinggi, lantai marmer, dan jendela besar. 

Pada zaman Jepang, hotel tersebut menjadi kamp interniran. Mungkin itulah yang bikin hotel tersebut diisukan angker. Padahal tidak sama sekali. Aku dan beberapa kawan menyusuri tiap sudut ruangan. Karena hari telah senja, kami memutuskan menginap semalam. Bahkan hingga hari telah petang, tak ada unsur mistis atau penampakan dalam hotel tersebut.

Yang paling asyik di sana adalah memandang senja dari lantai lima hotel. Menghadap ke arah barat, di sela pegunungan Arjuna, aku menikmati matahari merekah jingga dan turun di sela-sela gunung. Semakin turun, langit semakin membias. Cahaya sang surya perlahan padam, hingga tenggelam seakan ditelan pepohonan hijau.

Titik-titik air turun, gerimis datang. Udara makin sejuk. Suasana makin syahdu. Sungguh pengalaman sangat berkesan. (Retna Christa-Guruh Dimas)

RUMAH LAWAS yang ditemukan komunitas Malang Walk Heritage di tengah perjalanan. 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: