Pembangunan RS Nuklir BDH Mundur Lagi
KALAU tidak ada pandemi, Surabaya pasti punya fasilitas kedokteran nuklir di RSUD Bhakti Dharma Husada (BDH) tahun lalu. Pemkot terpaksa mencoret anggaran itu untuk dialihkan ke penanganan Covid-19.
Tahun ini anggarannya tidak masuk APBD 2021 lagi. Keuangan pemkot belum stabil. Harapannya, tahun depan fasilitas itu bisa terealisasi.
Fasilitas kedokteran nuklir sangat ditunggu pasien kanker. Terutama kanker tiroid, nasofaring, kelenjar getah bening, dan neuroblastoma, atau kanker sel saraf pada anak-anak.
Teknologi nuklir juga dimanfaatkan untuk Positron Emission Tomography (PET). Pencitraan pada PET scan dilakukan untuk melihat aktivitas sel di dalam tubuh. Prosedur itu paling sering digunakan untuk menyelidiki epilepsi, penyakit alzheimer, kanker, dan penyakit jantung.
Jika digunakan untuk mendeteksi kanker, dokter bisa melihat penyebarannya ke organ lain. Tingkat akurasinya yang tinggi sangat dibutuhkan untuk kecepatan penanganan pasien kanker. Jika Surabaya sudah punya fasilitas itu, akan ada banyak pasien yang tidak perlu ke Jakarta atau ke luar negeri untuk mendapat pelayanan kedokteran nuklir.
Dalam pembahasan APBD 2022 kemarin (2/11), pemkot juga memanas proyek RS nuklir. Namun, lagi-lagi anggarannya ditunda. Mundur ke 2023. Anggaran yang dikucurkan dialihkan untuk membangun RSUD baru. “Tahun ini kami fokus di RSUD Gunung Anyar. Tipe D,” ujar Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Surabaya drg Febria Rachmanita di ruang rapat paripurna, kemarin (2/11).
Anggota Komisi D yang mengikuti rapat, heran. Anggaran RSUD Gunung Anyar sebenarnya cuma diberi jatah Rp 77 miliar dalam rapat sebelumnya. Dalam rapat perincian anggaran, dinkes menyuntik anggaran tambahan hingga Rp 80 miliar.
Feni, sapaan akrab Febria mengatakan, pemkot harus menambahkan anggaran RSUD Gunung Anyar agar proyeknya bisa tuntas tahun depan. Anggaran fasilitas kedokteran nuklir terpaksa digeser.
Awalnya RS Gunung Anyar dikerjakan dengan sistem kontrak tahun jamak. Durasi dua tahun. Namun, Wali Kota Eri Cahyadi menginginkan pembangunan RSUD itu dipercepat untuk pemerataan. RSUD milik pemkot hanya ada di tengah dan barat kota. Masyarakat Surabaya timur sudah bolak balik mengeluhkan kondisi itu.
RS tersebut bakal dikhususkan untuk penanganan anak dan anak berkebutuhan khusus (ABK). "Yang Soewandhie nanti spesialisasinya di jantung dan orthopedi. Sedangkan RS BDH rehab medik atau fisioterapi," lanjut perempuan yang juga menjabat sebagai plt Dirut RSUD dr Soewandhie itu.
Ketua Komisi D DPRD Surabaya Khusnul Khotimah menanyakan rencana pengembangan puskesmas ke RSUD tipe D. Salah satu yang disiapkan adalah Puskesmas Kali Kedinding. "Yang Puskesmas kapan Bu Feni?" tanya Politisi PDIP itu.
Menurutnya, pengembangan puskesmas menjadi RS akan sangat membantu mendekatkan pelayanan masyarakat. Selain itu ada banyak puskesmas yang memiliki luas lahan dan bangunan yang mendukung untuk jadi RSUD.
Feni setuju dengan pernyataan itu. Namun, pengembangan puskesmas menjadi RS juga ditunda tahun depan. Anggarannya terbatas. Jadi, tahun ini pemkot benar-benar fokus di timur. (Salman Muhiddin)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: