Kontraindikasi Vaksin Anak, Orang Tua Tak Perlu Ragu
VAKSINASI tidak jarang menimbulkan keraguan dari berbagai kalangan. Apalagi, sebentar lagi bakal dilaksanakan vaksinasi untuk anak usia 6–11 tahun. Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) sudah menerbitkan izin penggunaan darurat vaksin produksi Sinovac untuk anak-anak rentang usia tersebut pada Senin (1/11).
Sekretaris Komda Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Jatim dr Dominicus Husada menilai, izin vaksin anak tersebut sangat tepat. Mengingat, berbagai negara di Eropa maupun Amerika juga sudah melakukan vaksinasi anak-anak sejak lama. Meskipun, jenis vaksin yang digunakan berbeda-beda.
Misalnya, Amerika Serikat memakai vaksin buatan Jerman, Pfizer, untuk anak usia 6–11 tahun. Di Tiongkok juga beda. Vaksin Sinovac, buatan negerinya sendiri itu, bisa disuntikkan ke anak-anak sejak lama. Bahkan, mulai usia 3 tahun.
”Cakupan vaksinasi di sana sudah mencapai 2 miliar,” ujar Dominicus. Menyusul kemudian cakupan vaksinasi India mencapai 1 miliar. Lalu, Amerika Serikat juga sudah mencapai lebih dari 400 juta dosis. Vaksinasi para lansia dan dewasa pun sudah tuntas.
Menurut Dominicus, para lansia dan dewasa harus diprioritaskan. Sebelum vaksinasi menyasar anak di bawah usia 12 tahun. Sebab, makin dewasa seseorang, risiko keterpaparannya juga makin tinggi. Gejala akibat terpapar pun lebih ke sedang-berat.
”Bukan karena imun anak-anak itu kuat. Tapi, anak-anak gejalanya bakal lebih ringan jika terpapar daripada orang dewasa,” lanjut anggota bidang pengembangan, pendidikan, dan penelitian Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Jatim itu.
William Cang diperiksa tensi sebelum mendapat vaksinasi di Polrestabes Juli lalu. (Foto: Eko Suswantoro)
Namun, vaksinasi anak juga sangat mendesak untuk segera dilakukan. Ada beberapa dasar pertimbangan. Pertama, kasus Covid-19 juga terhitung cukup banyak menyasar anak-anak. Menurut data Satgas Covid-19 Pusat, setidaknya sekitar 13 persen anak Indonesia terpapar Covid-19 hingga 1 November.
Kedua, telah dimulainya pembelajaran tatap muka di sekolah. Artinya, mobilitas anak-anak juga makin tinggi. Karena itu, anak-anak berpeluang tertular atau menularkan virus. Baik dari maupun ke orang dewasa di sekitarnya. ”Bisa tertular dan menulari orang tua, orang di rumah, teman, maupun guru. Meski tanpa gejala,” jelas Dominicus.
Ketiga, vaksinasi anak merupakan bagian penting untuk mengontrol penularan dan transmisi Covid-19. Terakhir, sebagai pembelajaran dan berkaca pada beberapa negara lain. Yakni, terjadi peningkatan kasus rawat inap pasien anak yang terpapar Covid-19.
Dominicus juga menegaskan kepada para orang tua agar tidak ragu melepas anak-anaknya untuk divaksin. Ia menjamin bahwa vaksin buatan Sinovac juga sangat aman bagi mereka. Sebab, telah melalui uji klinis BPOM bersama tim ahli yang tergabung dalam Komite Nasional Penilai Obat dan Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI).
Imunigenisitasnya menunjukkan persentase yang cukup tinggi. Yakni, mencapai 96 persen. Artinya, aspek keamanan vaksin tersebut sudah terjamin. Menurutnya, anak-anak juga sangat direkomendasikan mendapat imunisasi lain. Tujuannya, daya imun mereka juga menguat.
Namun, ada beberapa hal yang menjadi kontraindikasi atau larangan suntikan vaksin kepada anak-anak. Misalnya, jika anak memiliki penyakit kronis atau autoimun. Maka, diperlukan konsultasi terlebih dahulu kepada dokter sebelum mendapat suntikan vaksin (lihat grafis).
Juru Bicara Satgas Covid-19 Jatim Makhyan Jibril mengatakan, setidaknya ada sekitar 8 juta anak-anak pada rentang usia tersebut di Jatim. Vaksinasi anak masih menunggu instruksi dari pusat. ”Seperti vaksinasi umum biasanya. Kami sampai saat ini masih menunggu dari Kementerian Kesehatan,” ungkapnya.
Teknis pelaksanaan vaksinasi anak bakal melibatkan dinas pendidikan di setiap kabupaten/kota. Sebab, anak-anak rentang usia tersebut tergolong pelajar sekolah dasar. Dengan begitu, kewenangannya langsung di bawah dinas pendidikan setempat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: