Bupati Kancil
Rupanya, keberanian Thoriq sudah muncul sejak mahasiswa. Alumnus IAIN –kini UIN– Sunan Ampel Surabaya itu dikenal sebagai demonstran saat menjadi mahasiswa. Jelang reformasi politik 1998.
Sebagai mahasiswa demonstran, ia punya jaringan aktivis di mana-mana. Karena itu pula, ia terpilih sebagai presiden BEM IAIN Sunan Ampel 2000/2001. ”Saya sempat menunda ujian skripsi biar bisa menjabat presiden BEM,” tuturnya.
Meski demonstran, ia bukan mahasiswa kaleng-kaleng. Skripsinya sudah bisa diselesaikan setelah ia kuliah 3,5 tahun. Biasanya, mahasiswa aktivis selalu molor mengerjakan tugas akhir.
Karena syarat menjadi presiden BEM harus masih berstatus mahasiswa, ia tak ikut merevisi skripsinya dulu. Karena itu, ia tidak bisa ikut diwisuda sebagai sarjana.
Dengan menjadi presiden BEM, ia pun bisa dapat undangan mewakili mahasiswa Indonesia dalam konferensi mahasiswa negara-negara OKI. ”Jadi, saya bisa haji dengan biaya pemerintah Arab Saudi. Jadi tamu raja,” ungkapnya.
Itulah kali pertama Thoriq naik pesawat. ”Bahkan, saya baru tahu cara merebahkan sandaran kursi pesawat saat itu. Saya cari bawah kursi seperti di bus kok nggak ada. Ternyata hanya tombol di samping,” katanya, lantas tertawa.
Di Arab Saudi, ia bersama peserta konferensi dari berbagai negara Islam juga dapat perlakuan khusus. Ikut berhaji sebagai tamu negara. Tidak bersama jamaah haji lainnya, termasuk dari Indonesia.
Setelah lulus, Thoriq mengikuti jejak kakaknya di Malaysia. Ia meneruskan kuliah S-2 di sana. Namun, karena datang sebelum masa kuliah, ia sempat luntang-luntung.
Saat itulah, ia mencari kerja serampangan. Sempat menjadi tukang sate di negeri seberang. Pekerjaan itu berlanjut sampai ia kuliah di Universitas of Malaya di Kuala Lumpur.
Sejak di Kuala Lumpur itulah ia terseret bersinggungan dengan PKB. Karena sering bertemu dengan para politikus PKB yang bertandang ke negeri itu.
Selesai kuliah, ia ke Jakarta dan aktif di kantor DPP PKB sampai menjadi kepala sekretariat kantor partai itu. ”Jadi, waktu saat wisuda S-2 saya tak bisa hadir karena tak cukup biaya,” kenangnya.
Itu awal mula jadi politikus. Sebagai politikus, Thoriq juga tidak kaleng-kaleng. Ikut pemilu pertama, langsug lolos menjadi anggota DPRD Jatim dua periode sebelum jadi bupati Lumajang.
Ia bupati yang lincah, cerdik, dan berani. Memimpin daerah yang sebelumnya penuh dengan masalah. Terutama soal tambang pasir yang memang kualitasnya terbaik selama ini.
Inilah bupati yang berani terus terang membela Salim Kancil yang menjadi incaran para mafia dan preman tambang. ”Tambang pasir ini sumber masalah di sini selama ini. Karena itu, jadi prioritas pertama saya,” katanya yakin.
Ia benahi aturan lama yang merugikan pemda. Ia bangun stockpile baru. Truk besar tidak boleh masuk kampung atau langsung ke tambang. Yang biasa merusak jalan sehingga amat besar biaya perawatannya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: