Kendala ANBK Surabaya, Komputer Kurang dan Internet Lemot

Kendala ANBK Surabaya, Komputer Kurang dan Internet Lemot

ASESMEN Nasional Berbasis Komputer (ANBK) tingkat SD digelar serentak kemarin (15/11). Siswa-siswi yang dipilih secara acak masuk ke sekolah. Sisanya diliburkan.

Tidak ada lagi ujian nasional per 2021. Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbud Ristek) Nadiem Makarim mengubahnya menjadi ANBK untuk pemetaan pendidikan. 

ANBK yang digelar Surabaya digelar selama dua hari. Berakhir hari ini.

Ternyata, belum semua sekolah punya fasilitas komputer yang mumpuni untuk dipakai tes.

Di SDN Menur Pumpungan misalnya. Sekolah terpaksa memakai satu laptop untuk menutupi kekurangan komputer. Kendati begitu, Siswi kelas V Putri Irawati yang kebagian laptop tetap mengerjakan dengan tenang.

Jasmine Kirani Putri Ashasyara yang duduk paling belakang dapat komputer dengan layar lebih lebar. Ia selesai paling cepat. “Gampang-gampang susah. Cuma bacaannya tadi lumayan banyak,” ujar siswi asal Kalibokor itu.

Kirani mempersiapkan diri sebelumnya. Pelayar yang ditunjuk mengikuti asesmen harus belajar lebih giat ketimbang pelajar lainnya. 

Meski nilai ANBK tidak menentukan kelulusan, nilai Kirani akan menentukan nilai asesmen sekolahnya dan juga Surabaya. Kemendikbud Ristek membutuhkannya untuk memetakan tingkat pendidikan secara nasional, provinsi dan masing-masing kabupaten kota.

Masing-masing peserta harus menyelesaikan pilihan ganda, mencocokkan jawaban, memasukkan angka, hingga uraian. Instrumen yang dites adalah kemampuan literasi-numerasi, survei karakter, hingga survei lingkungan belajar. 

“Kita tidak siapkan pendampingan khusus. Cuma ada kisi-kisi dari guru supaya mereka tidak bingung,” ujar Plt Kepala SDN Menur Pumpungan Fatmawati. Maklum, ANBK baru pertama kali ini dilakukan. Selain siswa, sekolah juga belum pernah menyelenggarakannya.

Ada 30 siswa di sekolahnya yang ditunjuk Kemmendikbud Ristek. Karena jumlah komputer hanya lima, tes digilir secara bergelombang. Sehari tiga kelompok.

Fatma mengatakan, kebutuhan komputer memang mendesak. Dia sudah mengirimkan permohonan pengadaan komputer agar pada ANBK selanjutnya jumlah murid yang diasesmen bisa lebih banyak. 

Ia memiliki ruang laboratorium IT. Butuh 30 komputer di ruangan tersebut. “Sudah kami ajukan ke dinas pendidikan,” kata perempuan asal Aceh itu..

Anggota Komisi D DPRD Surabaya Herlina Harsono Njoto ikut melihat jalannya ANBK di Menur Pumpungan itu. Dia sudah mencatat aspirasi dari Fatma. “Selain komputer, kecepatan internet sekolah juga masih 50 Mbps. Sangat kurang untuk ukuran sekolah,” kata politisi Demokrat itu. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: