Buddha dan Arca Dewi Sri Bersanding di Kelenteng Cokro

Buddha dan Arca Dewi Sri Bersanding di Kelenteng Cokro

Salah satu tugas Koko dan Cici (Koci) Jawa Timur adalah sebagai duta budaya Tionghoa dan Jawa Timur. Karena itu, mereka harus berlatih mempromosikan potensi wisata dan kekayaan provinsi ini. Sebagai bahan evaluasi, para semifinalis diminta membuat konten promosi wisata. Berikut salah satunya.

 

TEMA promosinya bebas. Para semifinalis boleh memilih sendiri. Asal berhubungan dengan pariwisata atau budaya Tionghoa. Steffi Alyssandrea memilih Kelenteng Hong San Ko Tee, atau Kelenteng Cokro di Jalan Cokroaminoto, kawasan Tegalsari, Surabaya. Tempat peribadatan itu dibangun pada 1919 oleh umat Tridharma.

Steffi tertarik dengan lokasi tersebut karena sarat dengan sejarah. Sehingga layak didatangi masyarakat. ’’Saya awalnya browsing dulu, coba cari-cari objek yang sekiranya bagus untuk diliput. Kemudian menemukan Klenteng Cokro. Setelah saya baca, memang ada banyak sekali hal yang layak disimak. Apalagi setelah datang langsung ke sini,’’ papar Steffi.

Dia sempat malu. Sebagai orang asli Surabaya, Steffi belum pernah berkunjung ke klenteng tersebut. Padahal, ada banyak sekali sejarah dan catatan penting di balik bangunan tersebut. Saat membuat konten, Steffi disambut oleh salah seorang pengurus kelenteng, Dina.

Dari luar saja, kelenteng itu sudah tampak menarik. Halamannya memanjang. Ditumbuhi berbagai tumbuhan. Salah satunya pisang. Teduh dan segar. Hawanya mendukung buat ibadah.

Terdapat berbagai macam patung dewa yang disakralkan. Mulai dari Kwan Im Poo Sat, Buddha, Chai Sen, Ho Tek Ceng Sin, Kwan Kong, Dewa Bumi, Dewa Langit, dan banyak lagi. Ada juga patung Dewi Sri. Umat meyakini, dewa-dewi itu bakal memberikan pertolongan bagi yang sering sembayang di kelenteng tersebut.

’’Ada beberapa tempat yang agak sulit soal perijinan untuk membuat konten. Tapi di sini pengurus sangat terbuka,’’ ungkap Steffi. ’’Mereka bahkan menemani saya berkeliling untuk melihat langsung. Menjelaskan dewa-dewi yang ada. Ibu Dina adalah generasi kelima dari leluhur yang membangun Kelenteng Cokro,’’ jelas perempuan yang berprofesi sebagai arsitek itu.

Steffi bercerita, kelenteng yang kini berdiri di Jalan Cokro memang berdiri pada 1919. Namun, sejarahnya sudah membentang panjang sejak abad ke-19. Hanya saja, sebelumnya tempat ibadah itu berlokasi di Pandegiling. Lalu pindah ke Keputran. Lalu baru ke Jalan Cokro.

Pada awal abad ke-19, kawasan Cokroaminoto dikenal sebagai kompleks pemakaman. Makam-makam itu kemudian direlokasi untuk dibangun kelenteng dan sejumlah bangunan lain. Momentumnya berbarengan dengan perluasan kota ke arah selatan. Saat relokasi, pengurus kelenteng menemukan sebuah arca pemujaan dari batu. Belakangan, arca itu diketahui sebagai Dewi Sri. Dewi padi dan kesuburan.

Masyarakat saat itu kerap melakukan pemujaan atau semadi di lokasi arca Dewi Sri. Pengurus kelenteng akhirnya memutuskan untuk membuat altar khusus untuk menghormati Dewi Sri. Ini merupakan sinkretisme yang menarik. Karena kelenteng merupakan rumah ibadat Tionghoa.

’’Di dalam juga ada patung Buddha Kongco. Ibu Dina menjelaskan, patung itu dibawa langsung dari daratan Tiongkok. Diletakkan di lokasi pertama,’’ jelas Steffi. ’’Baru kemudian menemukan arca Dewi Sri yang tadi sempat diceritakan itu. Semua jadinya berdampingan di sini,’’ cerita perempuan 23 tahun tersebut.

Kunjungan Steffi ke Kelenteng Cokro memang kewajiban sebagai semifinalis Koci Jatim 2021. Namun, dia tampak sangat menikmati. Dia mendapatkan begitu banyak wawasan baru. Sangat menarik. Dan layak ’’dijual’’ ke kalangan dari luar Surabaya. Jika dipromosikan dengan benar, kelenteng itu bisa jadi salah satu aset wisata sejarah dan budaya dari Kota Pahlawan.

Tugas yang diberikan merupakan bentuk gambaran awal dari tugas-tugas utama Koko Cici Jatim nantinya. Mereka adalah menjadi Duta Pariwisata Jawa Timur, Duta Budaya Tionghoa, dan Duta Sosial. Jika terpilih sebagai finalis, Steffi dkk akan mendapat lebih banyak tugas lagi. Sebagai persiapan menjadi Koko dan Cici selama setahun penuh.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: