Mending Gugur Perang daripada Digigit Ular

Mending Gugur Perang daripada Digigit Ular

Hingga kini, masih ada 10 prajurit TRIP yang masih belum ditemukan jasadnya. Saat perang berkecamuk, jasad dimakamkan dalam satu liang tanpa mencatat nama mereka. "Saya ini, saking capeknya, tidur di daerah Sepanjang. Bangun-bangun samping saya ternyata mayat," kata pria yang pernah jadi guru itu. 

Malam itu Ismanoe tak bisa melihat apa-apa. Sangat gelap gulita. Ia mengira tubuh pria yang ada di sampingnya adalah pejuang yang sudah terlelap. Ia tidur di dekatnya agar bisa saling menjaga. 

Usai subuh, ia kaget bahwa tubuh itu sudah berlumuran darah terkena terjangan peluru sekutu. Ia baru sadar bahwa semalaman ia tidur di samping jenazah pejuang.

Prajurit lainnya lalu bahu-membahu mengubur jasad itu. Pasukan tak bisa berlama-lama istirahat. Saat matahari muncul, pasukan sekutu bisa menerjang sewaktu-waktu.

Anggota Paguyuban Mas TRIP Jawa Timur berziarah ke Taman Makam Pahlawan.
(Foto: Eko Suswantoro-Harian Disway)

Setelah Gunungsari takluk, Sepanjang juga berhasil ditembus. Di tempat itu Ismanoe sempat mengangkat senjata. "Di Sepanjang, pertempuran sangat sengit," kata sarjana Hukum Universitas Airlangga itu.

Sekutu rupanya tidak memberi pejuang ruang gerak. Mereka dipaksa terus berjalan ke selatan. 

Ismanoe dan pejuang lainnya tidak mungkin melintasi jalan utama. Mobil tentara sekutu pasti lewat sana. 

Perjalanan gerilya ditempuh dengan menembus hutan dan persawahan. Ada kisah yang tak akan pernah ia lupakan dari perjalanan itu. "Tangan saya dirambati ular," kenangnya. 

Ia tak tahu harus bagaimana. Tubuhnya mematung. Ular itu menggantung di lengan kirinya dan terus naik. 

Kata, orang ular sawah itu berbisa. Ismanoe tak tahu seberapa bahaya ular sepanjang setengah meter itu. Ia biarkan ular tersebut sampai terlepas dari lengannya. "Nggak lucu kalau saya perang, tapi matinya digigit ular," lanjut kakek 11 cucu itu. 

Ia lari sekencang-kencangnya setelah ular terlepas. Perjalanan lewat sawah ternyata sangat berbahaya dan berat. Medannya berlumpur dan basah. Jika ketahuan, mereka bisa jadi sasaran empuk senapan otomatis sekutu. 

Tujuan selanjutnya adalah Mojokerto, Jombang, dan Kediri. Pasukan yang berjalan sesuai regu harus terus bergerak agar terlepas dari kejaran sekutu. (Salman Muhiddin)

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: