Dukungan Penuh dari Proteam
Meskipun popularitas smack ball terseok-seok, bukan berarti Iwan Heri Santoso gentar. Ia terus melanjutkan keyakinannya. Bahwa olahraga itu suatu saat bakal populer. Bahkan Iwan mendapat sponsor dari produsen alat olahraga: Proteam
IWAN Heri Santoso bangkit dari tempat duduknya. Kedua tangannya meraih sebuah lempengan besi. Diameternya kurang lebih 50 cm. Bobotnya sekitar 3-4 kilogram. Ia lantas memegang benda itu layaknya Captain America yang sedang membawa perisai.
”Plate (pelat, Red) ini sudah memakai besi yang lebih tipis. Awalnya malah pakai besi yang tebal. Lebih berat lagi,” kata Kepala SMP Metta School itu.
Sudah berulang kali bahan plate smack ball diubahnya. Pada kali pertama pembuatan, bentuknya persegi. Tidak lingkaran seperti sekarang. Bahannya adalah tripleks dan seng. Karena sering rusak, kemudian diganti baja. Sekarang memakai besi lebih tipis.
Menurut Iwan, memakai besi lebih tipis jauh lebih baik. Jika bola dipantulkan ke besi, suaranya akan menggema. Berbeda dengan baja. Selain susah ditekuk, jika terkena pantulan suaranya tidak menggema.
Suara pantulan memudahkan wasit dalam menghitung skor. Maklum pada awal smack ball hanya ada satu wasit. Yakni si pencipta smack ball, Iwan. Sekarang setiap pertandingan ada lima wasit. ”Empat orang di pojok lapangan. Satu orang di tengah,” kata laki-laki 42 tahun itu.
Sekarang, suara benturan bola dengan plate menjadi ciri khas smack ball. Barangkali belum ada permainan bola besar yang menghasilkan bunyi senyaring itu saat pertandingan berlangsung. Sekeras bunyi gong saat dipukul.
Setelah mengangkat ’’Perisai Captain America’’, Iwan menunjukkan dua buah bola yang dipakai dalam pertandingan smack ball. Warnanya oranye dan hijau. Pada lapisan luar bola terdapat tulisan Proteam. Merek produsen alat olahraga asal Indonesia.
Bola yang dipakai smack ball mirip bola voli. Bedanya, ini lebih tebal dan berat. Daya pantulnya juga lebih rendah.
Saat mencetuskan ide smack ball, Iwan masih menggunakan dua bola voli. Kedua bola itu sengaja dicat berbeda. Sehingga bisa membedakan mana bola tim A dan tim B. ”Dalam peraturan tim lawan tidak boleh membawa bola musuh. Makanya dicat berbeda. Agar tidak tertukar,” kata laki-laki yang lahir di Kapasan itu.
Seiring waktu, Iwan bertemu dengan Direktur Proteam Thomas More Soeharto. Saat itu, Iwan mempresentasikan permainan smack ball. Iwan juga membutuhkan bola yang lebih keras dari bola voli. Sebab pantulan bola voli sangat riskan. ”Pantulannya bisa kena wajah pemain. Cukup berbahaya,” lanjutnya.
Untungnya Proteam setuju dengan ide itu. Perusahaan itu membuat bola khusus smack ball. Secara sekilas modelnya masih menyerupai bola voli. Tapi motif dan warna yang mencolok membuat bola smack ball menjadi berbeda. Selain itu, cap Smack Ball Indonesia semakin menguatkan identitas bola tersebut.
Proteam selalu mendukung industri olahraga di Indonesia. Selain bola smack ball, perusahaan itu juga membuat bola basket sampai bola voli. DBL Indonesia juga bekerja sama juga dengan Proteam sebagai penyuplai bola basket.
Iwan membawa dua bola smack ball produksi Proteam.
(Foto: Eko Suswantoro-Harian Disway)
Thomas More Soeharto sangat tertarik dengan smack ball. Apalagi olahraga itu asli Surabaya. Ide Iwan, bagi Thomas, sangat fresh. Sehingga ia tidak ragu membantu memopulerkan olahraga itu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: