Unair Gelari Ignasius Jonan Doktor HC
REKTORAT Universitas Airlangga (Unair) tampak berbeda kemarin. Halaman dipenuhi karangan bunga. Bukan sedang ada wisuda. Kampus itu sedang menggelar sidang terbuka pemberian gelar doktor honoris causa (HC).
Kali ini gelar tersebut disematkan kepada Ignasius Jonan. Ia pernah menjabat menteri perhubungan (periode 2014–2016). Jonan tampil dengan mengenakan toga. Dengan tali topi toga serta stola berwarna kuning dan biru.
Sebelum dikukuhkan sebagai doktor kehormatan, Jonan menyampaikan orasi ilmiah tentang peran kepemimpinan transformasional dalam mewujudkan good governance. Ada empat perusahaan badan usaha milik negara (BUMN) yang ditelaah Jonan. Yakni, PLN saat dikepalai Dahlan Iskan, PT Telekomunikasi Indonesia yang dipimpin Renaldi Firmansyah, PT Pos Indonesia yang dipimpin Ketut Marjana, dan PT Kereta Api Indonesia (KAI).
”Setelah kami telaah, rupanya tidak hanya terhadap kinerja perusahaan. Melainkan pelayanan kepada masyarakat,” kata alumnus Unair itu.
Kemudian, analisis tersebut dibuat menjadi tulisan. Yang kemudian dijadikan disertasi sebagai syarat memperoleh gelar doktor HC. Tebalnya 177 halaman.
Menurut Jonan, ada empat syarat untuk menjadi pemimpin yang baik. Pertama, pemimpin harus memiliki pengikut. Kedua, popularitas. Ketiga, pemimpin harus bisa memberikan contoh kepada diri sendiri maupun orang lain. Terakhir, kepemimpinan bukan pangkat maupun hak, melainkan sebuah tanggung jawab.
Jonan juga membahas kepemimpinan transformasi. Di Indonesia, ketika pemimpin berganti, transformasinya juga berganti. ”Tapi, di KAI tidak berubah ya. Tetap menjadi lebih baik,” kelakar mantan direktur utama PT KAI itu.
Menurutnya, melakukan transformasi tidak boleh terburu-buru. Saat menjadi Dirut KAI, Jonan memperbaiki hal terkecil dulu. Mulai memperbaiki cara membersihkan kamar mandi sampai mengubah sistem ticketing.
Jonan memang membuat banyak gebrakan di PT KAI. Selain sistem ticketing online, ia menambahkan air conditioner (AC) di setiap kereta api. Baik kelas ekonomi maupun kereta rel listrik (KRL).
Baginya, banyak pemimpin muda Indonesia yang terlalu buru-buru membuat gebrakan. Mereka selalu ingin memperbaiki masalah yang besar. Padahal, masalah kecil saja belum tuntas. ”Ya, saya selalu menyelesaikan target yang kecil-kecil dulu,” ungkap mantan menteri energi dan sumber daya mineral itu.
Jonan dianggap layak mendapat gelar doktor HC. Alasannya, banyak gebrakan yang sudah dibuatnya. ”Sebenarnya gelar ini mau disematkan sejak empat tahun. Tapi, karena terhalang Pak Jonan yang sibuk, jadi baru tahun ini gelar itu diberikan,” ujar Rektor Unair Prof. M. Nasih.
Jonan menjadi doktor HC ketujuh yang dicatat Unair. Menurut Nasih, tidak mudah mendapat gelar tersebut. Mereka harus memberikan karya yang memang bagus. ”Prinsipnya, tidak harus lulusan Unair. Tapi, harus dilihat karyanya,” ujar rektor dua periode itu. (Andre Bakhtiar)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: