Ketua PGRI Jatim Sarankan UT Berbenah

Sementara itu, bagi guru tetap bukan PNS yang belum memiliki jabatan fungsional mendapat TPG sebesar Rp 1,5 juta. Banyak pelajar ingin jadi sarjana pendidikan karena mengejar TPG tersebut. Namun pemerintah membatasi kuota PPG di setiap kampus. “Yang masuk diseleksi ketat. Hanya yang terbaik yang dapat sertifikasi itu,” lanjutnya.

Muchlas melihat pembatasan kuota PPG harus diteruskan untuk mengurangi meledaknya jumlah sarjana pendidikan. Saat peluang menjadi guru semakin sempit, pengurangan minat di jurusan pendidikan akan turun secara alami. 

Yang akan terkena imbas pertama adalah jurusan yang paling jarang dicari. Misalnya Pendidikan Bahasa Jerman, Bahasa Jepang, dan Bahasa Jawa.

Sudah banyak SMA yang menghilangkan jurusan bahasa. Siswanya cuma tertarik masuk ke IPA atau IPS. Hanya SMAN 7 dan 21 Surabaya yang masih mempertahankan jurusan bahasa itu.  

Otomatis kebutuhan guru bahasa bakal berkurang. Ini akan membuat sejumlah jurusan terancam hilang. “ Misalnya kebutuhan guru Bahasa Jerman minim. Tapi, Sastra Jerman-nya masih diperlukan. Nah, itu bisa dikonversi,” ujar penulis buku Semua Di-Handle Google, Tugas Sekolah Apa? tersebut.

Muchlas juga melihat ada pergeseran perilaku dari mahasiswa jurusan pendidikan. Ia mengamati bahwa banyak yang kuliah pendidikan tapi tidak niat jadi guru.

Ia menyebut, mayoritas mahasiswa di Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Unesa adalah perempuan. “Bahan di PGSD, yang laki-laki paling cuma seperempat,” ujar pria kelahiran 15 Desember 1951 itu.

Ilmu yang mereka dapatkan di kuliah diniatkan untuk mendidik anak mereka kelak. Banyak juga mahasiswa pendidikan tapi bekerja di sektor lain. “Saya sering ketemu lulusan Unesa itu kerja di bank, bandara. Padahal mereka sarjana pendidikan,” lanjutnya.

Idealnya semua pekerjaan diemban sesuai bidang yang dipelajari di kampus. Namun, saat ini itu tidak berlaku lagi. Guru bisa dari jurusan mana pun. Persaingan sarjana pendidikan pun semakin berat. (Mohammad Nur Khotib/Salman Muhiddin)

Sumber: