Jangan Remehkan Omicron
KALI pertama varian Omicron dideteksi pada sampel seseorang pada 9 November lalu. Tepatnya dari seorang Botswana yang datang ke Afrika Selatan. Dunia pun geger sebagaimana ditemukan varian-varian baru seperti sebelumnya. Lalu, bagaimana sesungguhnya keganasan varian B 1.1.529 itu?
Anggota tim Satgas Covid-19 Jatim dr Gatot Soegiarto memaparkannya. Ditemukan beberapa fakta dari whole genome sequencing (WGS) yang sudah dilakukan oleh para ahli virus. Varian Omicron memuat dua kemampuan sekaligus yang dimiliki oleh varian Beta dan Delta.
“Sama dengan Delta karena daya tularnya luar biasa cepat,” katanya kemarin (1/12). Bahkan 2-6 kali lebih cepat dari Delta. Omicron juga sama dengan varian Beta. Yakni mampu lolos dari antibodi buatan vaksin. Bahkan juga kebal terhadap antibodi yang dibentuk oleh infeksi alamiah.
Ia mengatakan, varian Omicron ini memiliki 10-15 jenis mutasi pada Receptor Binding Domain (RBD) di dalam spike protein. Angka itu berkali lipat dibandingkan varian Delta. Yakni hanya memiliki 2 jenis mutasi pada RDB.
Padahal, hanya dengan 2 jenis mutasi saja, varian Delta mampu menembus proteksi yang diberikan oleh berbagai jenis vaksin. Mulai dari vaksin Coronavac, Pfizer, Moderna, hingga AstraZeneca.
“Apalagi dengan Omicron. Sudah jelas dan logis bahwa itu menyebabkan antibodi tidak bisa dengan mudah mengenali varian baru ini. Alias virus ini bisa meloloskan diri dari semua jenis vaksin yang ada,” jelasnya.
NAKES melihat kondisi pasien Covid-19 di Asrama Haji, Surabaya. (Foto: Rizal Hanafi-Harian Disway)
Namun, Gatot juga menjelaskan tentang meningkatnya kasus di Afrika Selatan. Ternyata, beberapa ahli juga memaparkan faktor lain. Di area Soweto, misalnya, sebagian penduduk di sana belum mendapat vaksin lengkap. Bahkan 65 persen belum divaksin.
Yang paling banyak terpapar adalah para pemuda rentang usia 20-30 tahun. Gejalanya sedang hingga berat hingga perlu dirawat di ICU. “Jadi jangan disebarkan bahwa varian Omicron tidak terlalu berbahaya dan apalagi dianggap remeh,” tegasnya.
Menurutnya, status vaksinasi memegang peranan penting pada manifestasi klinis penyakit. Manifestasinya bisa level berat hingga kritikal pada kelompok yang vaksinnya belum lengkap atau malah belum divaksin.
Epidemiolog Universitas Airlangga Windhu Purnomo meminta agar masyarakat tidak perlu panik dengan isu varian Omicron tersebut. Kondisi bakal terkendali asal semua pintu internasional ditutup bagi negara-negara yang terkonfirmasi varian baru itu. Baik jalur darat, laut, maupun udara.
“Pemerintah juga harus memasifkan testing dan WGS secara acak di beberapa titik,” katanya. Itu sebagai upaya antisipasi agar tidak kecolongan masuknya varian baru tersebut. Selain itu, penerapan protokol kesehatan dan percepatan vaksinasi tetap menjadi kunci utama. (Mohamad Nur Khotib)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: