Pintu Air Jagir Dibuka, PDAM Kesulitan Bahan Baku

Pintu Air Jagir Dibuka, PDAM Kesulitan Bahan Baku

SEHARUSNYA air PDAM di Surabaya pusat dan utara sudah normal kemarin (2/12). Namun, prediksi itu meleset karena masalah di Pintu Air Jagir belum beres.

Kapasitas produksi Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) Ngagel menurun hingga 50 persen sejak Rabu (1/12). Yang semula bisa memproduksi 4 ribu liter per detik, kini tinggal 2 ribu liter per detik.

Penyebab utamanya, air Kali Jagir tidak bisa mengalir ke PDAM karena pintu bendungan dibuka total agar Surabaya Barat tidak banjir. Masalahnya, IPAM Ngagel mengandalkan gravitasi untuk menyalurkan air ke instalasi. Saat ketinggian air di Jagir turun, air baku yang dibutuhkan PDAM menurun drastis.

Direktur Operasi PDAM Surya Sembada Surabaya Nanang Widyatmoko sebelumnya memprediksi air bisa normal dalam waktu satu hari. Seharusnya air sudah normal sejak kemarin. ”Tapi, pintu air harus dibuka lagi untuk membuang air dari Kali Makmur,” ujar Nanang.

Pemkot terpaksa membuka lagi pintu air Jagir agar banjir di danau Universitas Negeri Surabaya dan sekitarnya tidak terulang. Air dilewatkan ke saluran tengah Jalan Babatan–Wiyung yang tersambung ke Kali Makmur di Gunungsari.

Problem itu bakal terjadi terus-menerus karena PDAM belum bisa mendatangkan pompa air di IPAM Ngagel. Air baku dari Jagir harus disedot agar produksi bisa normal lagi.

Pompa yang dialirkan harus besar. PDAM harus membuka lelang karena nilai pengadaan di atas Rp 200 juta. Jika mengacu pada lpse.surabaya.go.id, harga pompa dengan kapasitas 5 meter kubik per detik mencapai Rp 4,8 miliar. Sedangkan yang berkapasitas 3 meter kubik per detik mencapai Rp 3,2 miliar.

Prosesnya bakal butuh waktu lama. Bisa berbulan-bulan. PDAM tidak mungkin menunggu selama itu.

Selain proses birokrasi, pengadaan pompa butuh waktu untuk perakitan. PDAM harus memesan ke pabrik pompa terkait jenis yang dibutuhkan. ”Pompa size besar tidak dijual umum. Harus produksi dulu,” lanjut alumnus Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh Nopember itu.

Solusi paling cepat adalah pinjam pompa. Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Pematusan (DPUBMP) Surabaya punya banyak unit pompa yang tersebar di berbagai pintu air. Masalahnya, pompa banjir itu juga dibutuhkan saat curah hujan tinggi.

Pemkot sebenarnya juga masih kekurangan pompa banjir. Misalnya di Wiyung. Pompa yang terpasang baru 3 meter kubik per detik. Butuh tambahan kapasitas 2 meter kubik per detik lagi untuk mengatasi banjir di Surabaya Barat.

Hingga kemarin, DPUBMP masih mencarikan pompa untuk PDAM. Proses pemindahan dan perakitan tentu memakan waktu. Karena itulah, krisis air tidak akan berlalu dalam waktu sehari atau dua hari. ”Setelah pompanya ready, akan langsung kami pasang,” lanjut mantan manajer senior Kelola Sistem Informasi dan Aset Properti PDAM Surya Sembada itu.

Anggota Komisi B DPRD Surabaya Akhmad Suyanto terkena imbas krisis air itu. Untung, ia punya tandon dengan kapasitas 6 meter kubik di tempat tinggalnya di Kenjeran. ”Masih ada, tapi harus diirit,” kata mantan wakil ketua DPRD Surabaya itu.

Ia membayangkan bagaimana nasib pelanggan yang tandon airnya kecil. Atau yang tidak punya tandon sama sekali. Air sebagai kebutuhan dasar mereka pasti sulit didapat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: