Ongkos Air Surabaya Tetap sejak 2005
Sudah lama PDAM Surya Sembada ingin mengubah tarifnya. Nilainya masih mengacu pada Perwali Nomor 55 tahun 2005. Namun, usul itu tidak pernah mendapat persetujuan dari wali kota.
MENGUBAH tarif air bukan perkara mudah. Baik secara teknis maupun politis. Perubahannya akan memengaruhi tagihan 580 ribu pelanggan PDAM.
Perubahan tarif berembus lagi setelah PDAM punya tiga direktur baru. Kali ini, PDAM punya alasan kuat untuk mengajukan revisi. Sudah ada Peraturan Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2020 tentang Perhitungan dan Penetapan Tarif Air Minum. Peraturan itu harus ditetapkan paling lambat 2022. “Di permendagri itu diatur tarif batas atas dan bawah yang baru,” kata Dirut PDAM Surya Sembada Surabaya Arief Wisnu, Minggu (28/11).
Gubernur memiliki kewenangan menetapkan tarif batas atas dan tarif batas bawah. Batas atasnya tidak boleh melampaui 4 persen dari rata-rata Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK). Sementara itu, batas bawahnya diatur dalam permendagri tersebut.
Wisnu mengatakan semua PDAM se-Jatim sedang menunggu keputusan gubernur. Jika batas atas sudah ditetapkan, maka PDAM bisa menyusun skema tarif barunya.
Selama ini, PDAM harus menerapkan subsidi silang agar tetap untung. Sebanyak 100.192 pelanggan kelas atas menyubsidi 494.493 pelanggan rumah tangga skala menengah dan ke bawah.
Mayoritas pelanggan PDAM adalah rumah tangga. Jumlah mereka banyak, namun pemasukan dari mereka minim. Mereka disubsidi pelanggan dengan kategori industri, restoran, mal, hotel, perkantoran, dan tempat komersial lainnya. “Rumah saya itu dengan pemakaian sekitar 20 meter kubik, tagihannya cuma Rp 35-50 ribu. Kalau dibandingkan dengan kota lain, ya jauh,” jelas Alumnus Teknik Kimia Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya itu.
Dengan mengacu tarif 2005, PDAM memiliki pendapatan Rp 799.218.600.000. Laba bersihnya mencapai Rp 150.937.996.548.
Jika dengan tarif itu PDAM tetap untung, mengapa perubahan tarif diperlukan? “Kalau pakai untung sebesar itu, investasi untuk perbaikan layanan pasti lamban,” kata mantan Dirut JX International itu.
Ada 3 ribu kilometer pipa yang harus diganti di Surabaya. Pipa-pipa berusia puluhan tahun itu seharusnya diganti karena sering bocor dan tidak layak.
Butuh anggaran Rp 1 miliar per 1 kilometer pipa. Investasi harus Rp 3 triliun. Dengan pendapatan yang ada saat ini, PDAM butuh 20 tahun untuk merealisasikannya.
Meski ada rencana mengubah tarif, Wisnu memastikan bahwa masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) tidak akan terkena imbasnya. Mereka tetap akan disubsidi oleh pelanggan lainnya.
Yang harus diubah adalah perilaku pelanggan yang selama ini mendapat tarif murah. Perilaku hemat air harus diterapkan agar pelanggan di pinggiran kota kebagian air.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: