Resolusi Jihad Gerakkan Perlawanan Muslimin

Resolusi Jihad Gerakkan Perlawanan Muslimin

Barang siapa memihak kepada kaum penjajah dan condong kepada mereka, maka berarti memecah kebulatan umat dan mengacau barisannya. Maka barangsiapa yang memecah pendirian umat yang sudah bulat, pancunglah leher mereka dengan pedang. Siapa pun orangnya.

Ketika meletus perang 10 November, resolusi jihad membuat berbagai kalangan Islam datang ke Surabaya dari berbagai daerah. “Kiai Hasyim menyerukan, para kaum muslim dalam radius 94 kilometer dari Surabaya wajib turut berjuang. Nyatanya seruan itu mendatangkan pejuang-pejuang yang datang dari luar radius tersebut,” ungkap Rijal. Termasuk di antaranya adalah Kiai Mustofa Kamil asal Garut yang hadir dan berjuang bersama santri-santrinya. “Beliau gugur dalam pertempuran. Jenazahnya dimakamkan di TMP Surabaya,” tambah penulis 37 tahun itu.

Berangkat dari resolusi jihad pula, para ulama dan santri berkumpul di sebuah rumah di Jalan Blauran Gang IV no.25. Letaknya persis di depan Masjid Miftahul Jannah. Di situlah para ulama dan santri melakukan konsolidasi awal perjuangan mereka menghadapi Inggris dan sekutunya. Komando tertinggi barisan laskar pejuang berada di tangan KH Wahab.

Kembali pada dinding-dinding rapuh dan keropos yang ada di dalam bangunan Markas Besar Oelama di Waru. Bangunan kuno tersebut merekam perjuangan para ulama dan santri yang tergabung dalam barisan-barisan pejuang. Gojali meraba dinding bagian utara ruang bagian dalam. Menatapnya, kemudian menoleh, “Tetapi bangunan ini bukan markas yang pertama”. (Guruh Dimas Nugraha)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: