Elimpiade, Tanding Dolanan Tradisional

Elimpiade, Tanding Dolanan Tradisional

KAMPUNG Lali Gadget (KLG) sejatinya berdiri karena banyaknya hal yang harus diperhatikan terkait penyakit kecanduan gawai pada anak. Achmad Irfandi selaku penggagas bersyukur lantaran program bikinannya bisa eksis sampai sekarang. Namun, mimpinya tak berhenti di situ.

Ia mengakui bahwa jangkauan KLG masih terbatas. Masih di kawasan Jawa Timur. Terutama Sidoarjo, Surabaya, Mojokerto, dan sekitarnya. Ia memendam impian agar suatu saat nanti program serupa dapat dilaksanakan di tempat lain se-Indonesia.

Tidak sekadar untuk mengurangi penggunaan gawai bagi anak. Tapi, juga sebagai bentuk upaya melestarikan permainan tradisional yang kian hari kian kurang peminat. Perkembangan teknologi bak pisau bermata dua. Di satu sisi, teknologi memberikan manfaat bagi kehidupan manusia. Namun, ada beberapa hal penting yang terancam. Irfan tak mau berdiam diri.

KLG telah jadi pemicu bagi Kabupaten Sidoarjo untuk membangun Kampung Layak Anak (KLA). Wacana itu sudah bukan Irfan lagi yang mengusulkan. Wacana sudah disampaikannya ketika bertemu dengan LP3A (Lembaga Pengkajian dan Pemberdayaan Perempuan dan Anak).

Kemudian, diteruskan ke Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor. Ia telah mengutarakannya di depan jajaran pengurus Asosiasi Pengusaha Sahabat Anak Indonesia (APSAI) Kabupaten Sidoarjo pada 2 Juni 2021 di Pendopo Delta Wibawa.

”Memenuhi hak-hak anak agar bertumbuh kembang dengan baik serta memberikan perlindungan adalah tanggung jawab kita bersama, khususnya pemerintah. Termasuk mencegah kasus kekerasan yang dialami anak menjadi prioritas kita bersama,” terang Muhdlor dalam kesempatan tersebut.

Terlebih, telah terbit UU No 35 Tahun 2014 tentang perubahan atas UU No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Pemerintah menekankan negara wajib memenuhi lima kluster yang menjadi hak anak.

Yaitu, hak sipil dan kebebasan; lingkungan keluarga dan pengasuhan alternatif; kesehatan dasar dan kesejahteraan; pendidikan, pemanfaatan waktu luang, dan kegiatan budaya; serta perlindungan khusus.

Keseruan anak-anak yang bermain menarik batang pisang di area sawah Kampung Lali Gadget Wonoayu. (Eko Suswantoro)

Ridho Saiful sebagai salah seorang rekanan Irfan dalam menjalankan KLG mengatakan bahwa gerakan yang dijalankannya dapat jadi inspirasi KLA. Sekaligus menjadi kebanggaan Sidoarjo.

”Sebut saja Kota Jember yang punya Jember Fashion Parade. Kami berharap KLA ini membuat KLG serta gerakan Sidoasik makin eksis. Siapa tahu bisa jadi kebanggaan Sidoarjo,” kata Saiful.

Selain menghubungkan dengan KLA, Irfan dan Saiful bermimpi membuat sebuah adu ketangkasan permainan tradisional. Mereka menggambarkannya seperti Olimpiade di ranah olahraga atau pendidikan. Maka, dicetuskanlah Elimpiade yang merupakan akronim dari ”Eling karo Permainane Dewe”. Dilaksanakan setahun sekali.

”Elimpiade mulai dilaksanakan bulan Desember ini, tepatnya tanggal 12. Kebetulan KLG diundang untuk meramaikan kegiatan masyarakat di Probolinggo. Dicoba dulu menjalankan kompetisi ketangkasan permainan tradisional. Jadi, biar yang berlomba nggak cuma atlet atau anak-anak pintar. Yang jago dolanan rasanya perlu mendapatkan panggung,” imbuh pria yang akrab dipanggil Cak Ipul itu.

Elimpiade mempertemukan anak-anak yang mahir melakukan sejumlah permainan. Mereka memilih yang dapat mengasah ketangkasan, kecepatan, kekuatan, kekompakan, dan kecermatan. Nanti ada proses penjurian. Permainannya dikurasi dari seluruh Indonesia. Supaya anak-anak mengenal bermacam permainan di tanah air.

Lalu, terkait pengembangan KLG secara lebih luas, Irfan dan Saiful beserta tim KLG sudah mencoba membangun relasi dengan desa-desa lain. Mencoba mengajak jajaran serta karang taruna untuk menyusun kegiatan serupa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: