Bekas Letusan Semeru Tak Boleh Dihuni Lagi

Bekas Letusan Semeru Tak Boleh Dihuni Lagi

DELAPAN desa jadi korban erupsi Semeru. Lima di antaranya ada di Kecamatan Candipuro. Yakni, Sumber Wuluh, Sumber Rejo, Sumber Mujur, Penanggal, dan Candipuro. Tiga lain di Kecamatan Pronojowo. Yaitu, Supiturang, Oro-Oro Ombo, dan Sumber Urip. Itulah  desa-desa yang harus superwaspada setelah ini.

Menurut data BPBD Lumajang, jumlah korban terus bertambah. Kini, menjadi 43 orang dan 12 orang masih dalam pencarian. Yang luka berat ada 32 orang dan luka ringan 82 orang. Selain itu, ada 6.542 orang yang mengungsi.

Yang terdampak paling parah adalah Desa Sumberwuluh dan Desa Supiturang. Rumah penduduk di dusun-dusun desa itu hampir seluruhnya ditelan abu vulkanik. Termasuk ambruknya Gladak Perak yang lokasinya di Desa Sumberwuluh.

“Penduduk yang menempati kawasan itu harus superwaspada,” kata Peneliti Senior Pusat Penelitian Mitigasi Kebencanaan dan Perubahan Iklim (Puslit MKPI) Institut Teknologi 10 Nopember (ITS) Surabaya Amien Widodo, Kamis (9/12).

Sebab, desa-desa tersebut masuk dalam peta kawasan rawan bencana. Yang dibuat oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG). Peta itu adalah cara mitigasi paling utama bagi penduduk di lereng Semeru.

Pada peta itu sudah tergambar jalur lahar dingin sekaligus jalur evakuasi. Namun, erupsi Sabtu (4/6) lalu memang di luar dugaan. Kecepatan sebaran abu mencapai 200 km/jam. Arahnya juga tak menentu. Permukiman terkubur hanya dalam sekejap.

Menurut Amien, erupsi itu merupakan akumulasi dari letusan-letusan kecil selama ini. Semeru setiap hari mengeluarkan lava pijar. Lalu, terjadi penumpukan material. “Dan kemarin itu brol-nya,” jelasnya.

Warga Dusun Kajar Kuning, Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro mengambil sisa barangnya, Senin (6/12).
(Foto: M. Nur Khotib)

Semeru merupakan gunung api yang aktif. Artinya, bakal terjadi pengulangan erupsi. Entah berapa waktu lagi. Bahkan jangkauannya memungkinkan bisa lebih jauh lagi. Karena aliran lahar tertutup oleh erupsi kemarin. 

Yang dikhawatirkan adalah letusan berikutnya mengarah ke banyak permukiman. Itulah yang perlu antisipasi dini. Daerah yang terdampak erupsi kemarin harus dikosongkan. Tidak boleh ada lagi warga yang bermukim di sana. Dan harus segera ada penelitian lebih lanjut terkait erupsi mendatang. “Setidaknya pemerintah harus bikin jalur lahar lagi. Karena jalur yang kemarin sudah tertimbun,” kata Amien.

 

Peta kawasan rawan bencana juga perlu direvisi. Sebab, prediksi kawasan yang terdampak bakal lebih meluas. Harus ada tempat lain yang lebih aman. Sistem deteksi dini bencana atau Early Warning System (EWS) harus berbasis kearifan lokal. Edukasi kebencanaan bagi masyarakat juga perlu ditingkatkan.

Widodo menyatakan, tim kompartemen kebencanaan Ikatan Alumni ITS juga telah diturunkan untuk menganalisis pascabencana. Tim tersebut menemukan fenomena baru. Tepatnya di kawasan bekas dam Kamar Kajang.

Tanggul sisi utara jebol. Sebab, aliran air, lumpur dan lahar dari atas terhambat. Lalu, belok ke kiri, mengalir ke kawasan permukiman dan juga bekas pabrik tepung. Aliran ini mulai muncul menjadi sungai baru. “Ini perlu diwaspadai. Jangan sampai sungai baru ini akhirnya menjadi kanalisasi limpahan banjir lahar susulan,” terangnya.

Bupati Lumajang Thoriqul Haq juga mengatakan ada sekitar 2.072 rumah terdampak yang bakal segera direlokasi. Itu sudah disetujui oleh Presiden Joko Widodo. Dan segera ditangani langsung oleh Kementerian PU PR.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: