Jeruk Jokowi
Harian Disway - BERTEPATAN dengan peringatan Hari Antikorupsi internasional (9/11), Presiden Jokowi menerima hadiah istimewa dari petani Liang Melas Datas, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Berupa 3 ton jeruk hasil panen yang dikemas dalam 200 kotak dan dikirim langsung ke Istana Negara.
Jokowi memerima langsung kiriman itu dan menemui para petani perwakilan yang ikut mengawal truk sampai ke Jakarta.
Proses pengiriman jeruk itu cukup meriah. Sejumlah warga berpakaian adat menari melepas truk pengirim jeruk tersebut (3/12). Infrastruktur desa yang rusak parah tak menyurutkan niat untuk mengirim oleh-oleh kepada presiden. Beberapa kali truk yang mengantarkan oleh-oleh jeruk itu hampir terguling karena jalan yang rusak parah.
Oleh-oleh tersebut diberikan untuk Jokowi atas hasil panen masyarakat Liang Melas. Selain itu, warga mengundang presiden untuk berkunjung ke desa mereka, untuk melihat jalan utama desa yang sangat rusak parah.
Sudah 25 tahun jalan desa itu rusak parah dan tidak ada perbaikan. Hasil panen sering sekali gagal untuk dikirim ke luar daerah. Sebab, kendaraan pengangkut tidak mampu melintasi jalan yang rusak dan berlumpur, terlebih jika musim hujan seperti saat ini.
Truk sering terguling gara-gara jalan yang rusak. Akibatnya, sayur dan buah hasil panen warga rusak. Itu mengakibatkan kerugian petani. Sudah puluhan tahun warga kesulitan untuk mengirimkan hasil panen ke daerah.
Para warga desa itu tampaknya tulus dengan permohonannya itu. Tidak ada maksud menyindir, apalagi melakukan demo terselubung. Cara kreatif yang dilakukan para petani tersebut biasanya efektif karena viral di media sosial. Kalau sudah viral, biasanya Jokowi akan cepat bertindak.
Hal yang sama terjadi pada peternak ayam di Blitar yang September lalu melakukan demo karena harga pakan ayam yang mahal. Pendemo sempat diperiksa polisi, kemudian beritanya menjadi viral. Hikmahnya, para peternak itu pun diundang Jokowi ke istana, kemudian peternak itu mendapat kiriman 20 ton jagung kualitas premium.
Kali ini kiriman 3 ton jeruk dai Karo itu menjadi sorotan karena bertepatan dengan Hari Antikorupsi. Jokowi menghadiri acara di KPK dan dalam pidatonya mengakui bahwa indeks korupsi Indonesia masih payah, ada di urutan ke-102, sejajar dengan negara miskin Gambia di Afrika.
Hadiah jeruk disorot karena dianggap sebagai gratifikasi. Tidak diketahui berapa nilai jeruk 3 ton dan biaya pengiriman dari Karo ke Jakarta. Tapi, sudah hampir pasti nilainya melebihi standar gratifikasi. Biasanya Jokowi mengembalikan hadiah yang berbau gratifikasi, tapi kali ini tidak.
Istana cepat melakukan klarifikasi. Pernyataan resmi istana menyatakan bahwa Jokowi sudah membayar jeruk tersebut. "Presiden menyerahkan sendiri pembayaran jeruk tersebut di dalam goody bag. Beliau bilang (sebagai) gantinya. Dapat dilihat sendiri, silakan dicek di videonya.’’ Begitu pernyataan istana.
Kata pernyataan itu, Jokowi tentu akan taat melapor jika barang yang diterimanya merupakan bentuk gratifikasi. Jokowi, misalnya, pernah melapor ke KPK saat mendapat gitar dari grup band Metallica pada 2013. "Namun, ini kan pemberian dari rakyat kecil, petani, yang sangat mencintai beliau. Tentu lebih elok dibayar saja, dibeli saja, ketimbang dibawa-bawa ke KPK. Nanti petani sedih. Ada kepantasan lah dalam bernegara.’’ Begitu kata istana.
Bukan kali ini saja ada hadiah dari rakyat untuk Jokowi. Warga Sumba, NTT, pada Juli 2017 mengirim hadiah dua ekor kuda jenis sandalwood kepada Jokowi. Nilai dua kuda itu ditaksir sekitar Rp 70 juta. Jokowi menyerahkan dua kuda tersebut kepada KPK karena menganggapnya sebagai gratifikasi.
Ketika itu istana tidak menyebut kemungkinan rakyat Sumba sedih karena hadiahnya kepada presiden diserahkan ke KPK. Rakyat Sumba itu adalah rakyat kecil peternak kuda yang sangat mencintai Jokowi. Tapi, kala itu perlakuan yang diterima warga Sumba beda dengan perlakuan terhadap petani dari Karo.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: