One Ordinary Day: Drama Hukum Kim Soo-hyun yang Tidak Punya Cacat
Setiap kali melihat pengacara lusuh itu, jaksa mana pun bakal yakin menang. Namun, entah kenapa ia tertarik sekali menangani kasus Hyun-soo. Mahasiswa biasa-biasa saja yang melarikan diri dari TKP pembunuhan. Dengan 117 barang bukti yang memberatkannya. Termasuk sidik jari di seluruh rumah dan korban, darah di sekujur tubuhnya, hingga pisau pembunuh di sakunya.
Hanya dalam dua episode pertama, kita sudah tahu akan dibawa ke mana drama ini. Kita bakal diajak menyelami seluk-beluk hukum yang tidak selalu berpihak kepada kebenaran dan keadilan. Akan selalu ada dua sudut pandang dalam sebuah cerita—atau bahkan lebih. Mana yang lebih meyakinkan, itulah yang akan dimenangkan hakim.
Karena itulah, Shin Joong-han tidak mau repot-repot mendengar cerita Kim Hyun-soo soal pembunuhan itu. Ia tak peduli bocah itu bersalah atau tidak. Sebaliknya, yang terjadi adalah perang pengaruh. Antara polisi dan jaksa, versus Shin Joong-han dan Hyun-soo. Perang itu sudah dimulai sejak sidang praperadilan, untuk menentukan apakah Hyun-soo harus ditahan atau tidak.
Buat penonton versi asli Criminal Justice, mungkin tidak terkejut dengan betapa cakepnya eksekusi One Ordinary Day. Jika dibadingkan dengan drama-drama hukum Korea pada umumnya, drama ini memang lebih sempurna. Realistis, tanpa plot hole, dan banyak memberi wawasan baru soal hukum buat penonton. Pendeknya, tanpa cacat.
AKTOR WATAK Cha Seung-won berperan sebagai pengacara kelas tiga berpenampilan nyentrik. Ia mengenakan sandal karena kakinya sakit eksim.
Akting Top Notch
Ada dua hal lagi yang membuat fans betah menyaksikan One Ordinary Day. Pertama, sinematografinya sangat bagus. Angle kamera, pace antaradegan, hingga tone warna yang digunakan, membuat drama ini sangat hidup. Sutradara Lee Myung-woo banyak menggunakan warna gelap, sesuai dengan setting penjara dan pengadilan yang suram. Namun, lively. Bikin kita bersemangat terus menanti adegan selanjutnya.
Visual drama ini sedikit mengingatkan kita pada drama-drama hukum Hollywood. Misalnya Law and Order. Cepat, prosedural, dan mendekati kenyataan. Tidak eye candy khas drama-drama Korea. Bujet produksi KRW 20 miliar (atau setara Rp 243,6 miliar) tidak digunakan untuk menyewa artis cantik (kecuali Kim Soo-hyun) atau membuat efek CGI. Tapi untuk menciptakan adegan dengan tingkat detail setara film.
Yang kedua, kedua aktornya menampilkan akting superkeren. Kim Soo-hyun sangat menyala. Seluruh emosinya, mulai dari mahasiswa lugu yang mencuri-curi pinjam mobil ayahnya untuk jalan-jalan. Hingga menjadi cowok paling apes di dunia yang menemukan mayat. Hingga menjadi tersangka. Semua disampaikan dengan brilian.
Kadang Hyun-soo hanya memberi tatapan kosong. Namun, itu sudah cukup untuk mengoyak hati penonton. Menarik melihat perkembangan emosi dan karakter bocah mahasiswa itu, setelah ia benar-benar dijebloskan ke penjara. Pantas kalau Kim Soo-hyun ditetapkan sebagai aktor termahal di Korea. Aktingnya luar biasa prima.
Kalau Cha Seung-won, tidak perlu diragukan lagi. Memainkan apa pun, ia sudah pasti bagus. ’’Cha Seung-won punya kharisma dan fleksibilitas yang tak banyak dimiliki aktor Korea,’’ puji Lee Myung-woo, seperti dikutip Soompi. ’’Ia bisa menaklukkan genre apa pun. Mulai dari noir sampai komedi. Ia pilihan pertamaku untuk peran Shin Joong-han,’’ imbuhnya.
Sebagai pegacara kelas tiga yang tidak pernah mencicipi kasus high profile seperti pembunuhan perempuan cantik oleh mahasiswa lugu, Cha Seung-won harus menepikan citra cool yang disandangnya. ’’Aku suka banget bagaimana ia berdandan lusuh untuk mendalami peran. Ia benar-benar terlihat sebagai pengacara spesialis bandit kelas teri,’’ lanjut Lee Myung-woo.
One Ordinary Day hanya terdiri dari delapan episode. Dengan segala kelebihannya, tidak ada alasan lagi untuk tidak menonton drama ini… (Retna Christa)
BERAWAL dari mahasiswa biasa, dalam semalam hidup Kim Hyun-soo berubah menjadi pesakitan gara-gara bandel.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: