Stunting Jatim Masih Jadi PR

Stunting Jatim Masih Jadi PR

PEMBANGUNAN sumber daya manusia (SDM) menjadi prioritas nasional. Harus dimulai dengan menjamin kesehatan para ibu hamil, bayi, balita, hingga usia emasnya. Artinya, kasus stunting, kematian ibu, dan kematian bayi perlu diminimalkan.

“Itu yang dititipkan bapak presiden,” ujar Gubernur Jawa Timur Khofifah di hadapan para bupati/wali kota dan jajaran OPD Pemprov Jatim saat memperingati Hari Kesehatan Nasional di Hotel Ayola Sunrise, Kota Mojokerto, kemarin (13/12).

Khofifah membeberkan angka kematian ibu melahirkan (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) di Jatim masih tinggi. Tercatat sebanyak 1.127 ibu meninggal sejak Januari hingga September 2021. Kasus tertinggi ada di Kabupaten Jember, yakni sebanyak 103 ibu meninggal.

Menyusul kemudian Kabupaten Blitar sebanyak 66 kasus dan Kabupaten Mojokerto sebanyak 62 kasus. Dari jumlah AKI itu, 72 persen penyebab kematiannya terpapar Covid-19. AKB di Jatim pun demikian. Sebanyak 2.465 bayi meninggal pada periode yang sama.

Data itu menunjukkan, 64 persen kematian bayi berumur 0-6 hari. Jember menjadi daerah AKB tertinggi. Tercatat sebanyak 301 bayi yang meninggal. Menyusul Kabupaten Probolinggo sebanyak 141 bayi. “Ini saya buka agar bisa menjadi motivasi bersama untuk Jatim yang lebih baik,” kata Khofifah.

Selain itu, kasus stunting di Jatim menempati posisi ke-5 tertinggi dari 7 provinsi. Kasusnya sebanyak 26,86 persen. Lebih rendah dari rata-rata nasional yang mencapai 27,67 persen. Kasus tertinggi ada di Kabupaten Probolinggo sebanyak 54,75 persen.

Tiga isu itu sangat kompleks. Kaitannya dengan ekonomi, nutrisi, dan kedisiplinan memeriksan kehamilan. Bahkan, ada sekitar 15 ribu ibu hamil yang menerima Program Keluarga Harapan (PKH). Mereka belum optimal memeriksa kehamilannya karena terkendala pandemi.

GUBERNUR JATIM Khofifah Indar Parawansa meluncurkan program Buaian (Bunda Anak Impian). 

Maka Dinas Kesehatan Jatim harus membuat program-program terobosan. Khofifah juga meminta POGI Jatim ikut intervensi. “Sehingga bisa dirumuskan bersama langkah-langkah yang akurat,” tandasnyi.

Untuk itu, Dinkes Jatim meluncurkan aplikasi Bunda Anak Impian (BUAIAN) kemarin. Aplikasi itu berguna mendeteksi dini gangguan yang dialami para ibu hamil risiko tinggi. Tersedia juga layanan gratis self check-up.

“Dengan begitu intervensi bisa dilakukan dengan cepat. Jadi butuh digitalisasi seperti ini,” kata Kepala Dinkes Jatim Erwin Astha Triyono. Ada banyak artikel sebagai referensi tentang kesehatan ibu hamil. Tersedia juga layanan tanya-jawab langsung dengan para konsultan.

Aplikasi itu bisa diakses 24 jam. Memberdayakan para perawat Pondok Kesehatan Desa (Ponkesdes). Mereka yang menjadi ujung tombak dalam memberikan pemahaman tentang AKI dan AKB bagi para ibu hamil. (Mohamad Nur Khotib)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: