Setiap Orang Punya Cara Sendiri dalam Self-Healing

Setiap Orang Punya Cara Sendiri dalam Self-Healing

Rasa lelah di dalam benak terkadang butuh waktu tersendiri untuk penyembuhan. Kita harus segera memperbaiki kondisi di dalam untuk bisa bangkit kembali dengan pola pikir positif. Fase tersebut biasa disebut dengan self-healing.

SELF healing atau menyembuhkan diri sendiri pada dasarnya adalah upaya penyembuhan luka batin. Penyebabnya bisa sangat luas dan beragam. Setiap orang biasanya punya permasalahan sendiri-sendiri. Dan apa yang menurut kita ringan, belum tentu sama di benak orang lain.

Apa pun penyebab rasa sakit itu, dampaknya tetap bikin murung sampai galau. Maka, wajar bila banyak orang berusaha melakukan banyak hal demi menyembuhkan diri sendiri. Meski berbagai cara telah ditempuh, terkadang tak semua luka berakhir sembuh. Lantas, bagaimana idealnya self-healing dilakukan?

Dr Primatia Yogi Wulandari MSi, pakar psikologi dari Universitas Airlangga mengatakan bahwa self-healing sebenarnya merupakan salah satu teknik atau intervensi yang dilakukan ketika muncul masalah/gangguan psikologis. Jadi, self-healing dibutuhkan ketika dirasa ada pikiran atau perasaan yang cukup mengganggu aktivitas dan fungsi sehari-hari.

“Ada banyak cara untuk tahu kalau kita butuh self-healing. Misal, ketika kita merasa segala sesuatu menjadi membosankan; sering kehilangan konsentrasi; atau merasakan kecemasan yang kadang tidak jelas sumbernya. Bisa juga kita mendeteksinya dari sinyal tubuh yang sifatnya fisik, seperti mudah lelah; sering ada keluhan fisik namun tidak ada penyebab yang jelas; atau sulit tidur,” ujarnya.

Istilah self-healing secara resmi diperkenalkan oleh Loyd Alexander, seorang psikolog dan terapis pengobatan komplementer, dan Johnson, seorang spesialis kanker pada 2011 di Amerika Serikat. Self-healing merupakan salah satu terapi positif psikologi yang menargetkan pengelolaan dan pengendalian stres secara fisiologis

Dari bentuk aktivitas, self-healing dapat dilakukan dalam berbagai macam cara. Seperti relaksasi melalui pernapasan; kontemplasi dengan meditasi atau yoga. Serta menciptakan emosi positif yang akan berdampak terhadap munculnya endorfin atau hormon bahagia. Selain itu, art-therapy juga dapat dijajal. Individu dapat menggunakan seni untuk melepaskan dan mengekspresikan emosinya.

Dosen yang akrab disapa Mima itu mengungkapkan, manusia sebenarnya memiliki kemampuan untuk melakukan proses penyembuhan secara alamiah. Meski demikian, ada orang-orang yang agak sulit untuk melakukan proses penyembuhan sendiri.

Dalam hal ini, lanjutnya, self-healing dapat dibantu oleh tenaga profesional seperti psikolog. Klien akan didampingi untuk menemukan kekuatan pribadinya agar dapat “sembuh”.

Sementara itu, terkait "kesembuhan", menurut Mima, kondisi tersebut dapat dicapai ketika diri sudah memahami dan menerima pikiran maupun perasaan yang dirasa "mengganggu". Serta merasa nyaman untuk kembali melakukan fungsi dan aktivitas sehari-hari. Meski mungkin ada perubahan di beberapa aspek sebagai konsekuensi atas proses adaptasi dari kondisi sebelumnya.

“Setiap individu memiliki potensi-potensi internal untuk menemukan cara-cara pemenuhan kebutuhan personalnya. Intinya, yang paling tahu tentang diri kita adalah kita sendiri,” sebutnya lagi.

Setelah berjuang menemukan yang dicari, self-healing dapat dikatakan sukses ketika individu mampu memahami dan menerima perasaan dan pikiran yang mengganggu. Keberhasilan self-healing dapat dibuktikan ketika individu dapat merasa nyaman dan mampu melakukan aktivitas sehari-hari walaupun dimungkinkan sejumlah perubahan sebagai konsekuensi proses adaptasi dari kondisi sebelumnya. (Ajib Syahrian Noor)

 

Metode-metode Self-Healing
Ada beberapa cara bisa dilakukan untuk menyembuhkan luka di hati. Metode-metode tersebut di antaranya:

  1. Memberikan Jeda pada Emosi
    Memvalidasi segala jenis emosi yang sedang dirasakan. Kemudian memberikan jeda untuk berpikir “Ke mana emosi ini harus ditempatkan?” Baru setelah itu melepaskan emosi pada tempatnya.
  1. Melihat Kebahagiaan pada Sekitar
    Coba lihat sekeliling, mari apresiasi sekitar sekecil apa pun itu. Melihat matahari terbit, aroma hujan, atau sekelompok semut yang sedang bekerja sama mengangkat makanan.
  1. Memberikan Tubuh Istirahat yang Cukup
    Seperti dijelaskan sebelumnya, fisik dan mental berjalan beriringan dan saling berkaitan. Memberikan tubuh istirahat seperti tidur 8 jam sehari dapat memberikan dampak positif.
  1. Berbicara dengan Diri Sendiri
    Apa yang sebenarnya diinginkan? Situasi seperti apa yang diharapkan? Berikan berbagai pertanyaan pada diri sendiri untuk dijawab oleh diri sendiri pula.
  1. Berdamai dengan seseorang
    Punya masalah dengan seseorang di masa lalu dan belum terselesaikan? Cobalah menjadi orang pertama yang menghubungi individu terkait, lalu mulai sampaikan perasaanmu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: